Kamis, 05 Maret 2015

Rasa Kebangsaan yang Tergadai

Refleksi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 70
Membaca dengan tekun dan sadar gagasan mulia Para founding fathers memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan tujuan umum adalah mengubah sistem feodalistik dan sistem kolonialis menjadi sistem modern dan sistem demokrasi (Anhar Gonggong :2002)  Karena Kemerdekaan menurut Sukarno adalah “jembatan emas” menuju cita-cita demokrasi, sedangkan pembentukan “nation and character building” dilakukan di dalam prosesnya. Kalau pada suatu saat Sukarno menyatakan bahwa, “revolusi belum selesai,” maka dalam konteks “nation and character building,” pernyataan demikian dapat dimengerti.Artinya, baik “nation” maupun “character” yang dikehendaki sebagai bangsa merdeka belum mencapai standar yang dibutuhkan. Beberapa hal  berikut terkandung di dalam gagasan awalnya: Pertama, Kemandirian (self-reliance), atau menurut istilah Presiden Soekarno adalah “Berdikari” (berdiri di atas kaki sendiri). Dalam konteks aktual saat ini, kemandirian diharapkan terwujud dalam percaya akan kemampuan manusia dan penyelenggaraan Republik Indonesia dalam mengatasi krisis-krisis yang dihadapinya. Kedua, Demokrasi (democracy), atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis.
Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai  pengganti dari masyarakat warisan yang feodalistik. Masyarakat di mana setiap anggota ikut serta dalam proses politik dan pengambilan keputusan yang berkaitan langsung dengan kepentingannya untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Ketiga, PersatuanNasional (national unity). Dalam konteks aktual dewasa ini diwujudkan dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar berbagai kelompok yang pernah bertikai ataupun terhadap kelompok yang telah mengalami diskriminasi selama ini. Keempat, MartabatInternasional (bargaining positions).Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat dan kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunia internasional.Sikap menentang hegemoni suatu bangsa atas bangsa lainnya adalah sikap yang mendasari ide dasar “nation and character building.” Bung Karno menentang segala bentuk “penghisapan suatu bangsa terhadap bangsa lain,” serta menentang segala bentuk “neokolonialisme” dan “neoimperialisme.” Indonesia harus berani mengatakan “tidak” terhadap tekanan-tekanan politik yang tidak sesuai dengan “kepentingan nasional” dan “rasa keadilan” sebagai bangsa merdeka (Otho H. Hadi :2002) .
Sementara Banyak kalangan yang melihat perkembangan politik, sosial, ekonomi dan budaya di Indonesia sudah sangat memprihatinkan.Rapot merah.Tak ada perubahan yang signifikan setiap pergantian rezim.Selain acara seremonial politik, manuper politik, persengkongkolan politik untuk mempertahankan status qua tak lebih dari itu.Bahkan menguatnya kelompok mafia dibidang ekonomi, hukum, pendidikan.Dan selebihnya yang terjadi kongkalingkong politik yang tentu demi mepertahankan klasnya.Kaum minoritas tetapi jadi mayoritas dalam segala hal.Sementara kaum mayoritas tetapi minoritas dalam segala hal. Sijelata bertubi-tubi mengalami eksploitasi, pungutan, penggusuran, dipinggirkan atas nama pembangunan. Si miskin didera bencana alam akibat ulah pemodal, pasar dan elit.Si pasar, pemodal dan elit melakukan pembalakan ratusan dan ribuan hektar, mengalihfungsikan hutan, rawa, bakau dan kawasan perbukitan untuk industry perumahan yang harganya selagit. Dan tentu si elitlah yang sering mengorupsi sisa pendapatan Negara setelah dipotong dn cicilan utang. Dan seperti biasa si jelata kaum kuli yang harus menanggung akibatnya.Inikah hadiah 67 tahun kita merdeka ?Bahkan, kekuatiran itu menjadi tidak hanya kekayaan bangsa, dan kedaulatan bangsa yang tercabik dan  dikuasai rezim pasar dan modal,semakin nyata ketika menjelajah pada apa yang dialami oleh setiap warga Negara yang jelata,Beberapa persoalan bangsa yang hingga kini sulit dipungkiri masih menjadi fotrtet aktual seperti : Pertama,kekerasan dan pelanggaran HAM. Kedua, kemiskinan dan pengangguran.Ketiga, ketimpangan agraria.Keempat konflik agrarian. Keempat, pendidikan, Kelima , KKN. Keenam,  reformasi birokrasi. Ketujuh,Outsorsing.Kedelapan,Rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian besar berketerampilan rendah . Kesembilan, Meningkatnya konversi lahan pertanian subur beririgasi teknis bagi peruntukan lain .Kesepuluh,Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat,dan Lemahnya kordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan pedesaan.
Dari potret itu dapat kita tarik kesimpulan bahwa Negara gagal dalam mengelola mandate dari rakyat.Pemerintah Cuma mampu menaruh perhatian yang serius pada upaya meredam konflik di tubuh para pembantu dari mulai memilih sampai meresapel mentri.Dengan demikian apakah Negara gagal dalam menjalankan mandatnya.Menurut studi yang dilakukan Word economic forum dan Universitas Harvard sekitar tahun 2002 tentang Negara gagal. Ciri –ciri yang disebut Negara gagal antara lain tinginya kriminalitas dan kekerasan, korupsi yang merajalela, miskinnya opini public, serta ketidak pastian yang tinggi. Negara gagal pada awalnya banyak karena kegagalan di bidang ekonomi yaitu ketidak efesienan yang parah dalam mengatur modal dan tenaga kerja akhirnya mengakibatkan kemiskinan dan pengangguran. Bahkan selanjutnya Negara gagal berpotensi pada penegakan hokum yang gagal dalam menjalankan amanatnya, berbagai kelakuan yang merusak moralitas bangsa tak pernah tuntas diselesaikan, bahkan penguasa atas nama pasar dan modal melegitimasi melakukan kekerasan dengan berjuta alasan. Berbagai prilaku yang mencidrai kehormatan dan kemuliaan amanat dan bangsa hancur semakin berkembang mengembangkan ketidak beradaban.Ribuan rakyat miskin bertambah.Busung lapar menjadi potret ynag actual dinegeri ini. Kembali kepertayaan sederhana dan sangat dasar, ada apa dengan bangsa ini? Adakah dimeja makan, meja kerja, meja belajar para penguasa memikirkan rakyat miskin dengan tuntas ?

Teologi kebangsaan
Bagi penguasa bisa jadi potret kemiskinan, kelaparan, pengangguran, Korupsi hanya dianggap aib. Maka tentu upaya menuntaskan itu semua hanya dilakukan untuk “menutup aib” tak lebih dari itu.bahkan lebih jauh kita kehilangan empati dalam situasi “normal” banyak hal yang “tidak normal”. Padahal yang kita tau Negara ini sangat kaya dimana-mana, tapi ada ribuan keluarga yang supermiskin dan super terjaga secara politik ketika mereka melakukan pelanggaran konstitusi dan amanat rakyat.
Enam puluh tujuh tahun kita merdeka dari imperialisme klasik, tentu dengan satu komitmen kebangkitan disemua sector. Namun sulit dipungkiri usia enampuluh tujuh tahun bangsa ini merdeka, kebangkitan nasional memberi potret yang buruk/ atau rapot merah.Semangat kebangsaan kita semakin melemah hampir hilang. Di sisi laineksklusifitas kaum elit menguat, ekonomi pasar bebas melahirkan eksklusifitas akibat hilangnya dimensi manusia. Begitu juga nilai sekuler pasar yang dibawa kapitalisme mendegradasikan kemanusiaan bangsa ini.selanjutnya tanpa sadar menghancurkan  ikatan kebangsaan. Ini tentu terasa terutama oleh kaum miskin.Untuk itu karena bangsa sebuah kontruksi social-historis. Maka masalah kebangsaan adalah akan berpulang pada kita. Yakni sejauh mana kita menguatkan keindonesiaan lewat etika berbangsa.karena dengan ini kekuasaan yang selama ini di duduki para abdi kekuasaan yang tak kunjung tiba mengalami perubahan dan perbaikan kwalitas harus dihentikan tanpa tebang pilih.Patriotisme pada produk dalam negeri, patriotisme pada sumber-sumber daya agrarian melalui agenda nasionalisasi asset bangsa yang telah dijual adalah wujud dari etika berbangsa. Menuntaskan konflik agararia dan ketimpangan agrarian melalui dijalankannnya agenda pembaruan agrarian yang diamanatkan oleh UUPA No 5 tahun 1960 dan TAP MPR No IX  tahun 2001 tentang pembaruan agrarian dan pengelolaan sumber daya alam adalah wujud dari kebangkitan semangat kebangsaan kita. Dihentikannya dan dicabutnya kerja-kerja outsorsing bagi para pekerja di setiap perusahaan adalah wujud etika kebangsaan bermartabat dan terhormat.Dalam panggung politik, etika berbangsa dilakukan agar bermartabat, terhormat, mendidik dan mulia.Pilihan tindakan ini tentu akan menumbuhkan kembali kepercayaan kepada pemerintah yang semakin hilang.mewujudkan reformasi birokrasi, memperbaiki pelayanan public, dan pemberantasan korupsi yang tak pernah tuntas adalah wujud meraih kembali kebangsaan yang hilang.Mengentaskan kemiskinan melalui agenda pembaruan agrarian, peningkatan kesehatan dan pendidikan melalui sejumlah intrumen yang disediakan merupakan bukti kita serius hendak mengembalikan kembali nila-nilai kebangsaan yang terkikis.
Tentu yang mengabdi pada kebenaran, keadilan social, kejujuran untuk bangsa patut di beri kursi kemuliaan dan patut dihormati bahkan jadi  tauladan. Sehingga semua kelakukan politik yang merugikan kehormatan bangsa dan martabat manusia harus tuntas diselesaikan dengan adil agar tidak mencederai bangsa, moral,etika, rasa keadilan rakyat dan hukum.Bagi siapa yang mengunakan kekuasaan bagi dunia hitam harus dipangkas. Karena kerugian Negara dalam ekonomi, sumber daya agrarian,politik, social adalah kerugian bangsa. Karena segala bentuk al-fasd menghisap darah rakyat dan kebangsaan.

Pesan moral
Bila dulu dalam sejarah bangsa hilangnya nyawa tak pernah diragukan. Di masa tahun 1966 masyarakat tak ragu menuntut perubahan kepemimpinan, begitu juga ditahun 1998 kembali rakyat menuntut perubahan juga tak pernah ditakuti, maju kedepan  meski harus rela gugur dari mereka tak sedikit.Maka semangat pengorbanan menjaga etika berbangsa dimasa transisi yang telah dibajak oleh pasar dan modal melalui negara harus terus dihidupkan apalagi kini kita mengalami krisis kebangsaan. Hal ini terlihat berbagai persoalan yang mencederai kehormatan bangsa, dari soal ekonomi, social,politik,hukum dan budaya. Semua terjaga, terpelihara dan terlegitimasi  oleh kepentingan pasar dan modal. Dari soal kekayaan, regulasi hingga warga kebangsaan hanya diperuntukan bukan bagi kedualatan bangsanya namun bagi klas kaum langitan. Kita hidup kini jadi kaum kuli dinegara yang kayanya subhanallah.Hanya dengan bersatu hati menguatkan etika berbangsa, membaca dan menyebarkan ulang semangat patriotisme dan nasionalisme kedaulatan ini bisa diraih kembali.Dengan semua itu kita dapat lepas dari bangsa yang tercederai, pinggiran dan dekil. Karena harapan untuk perubahan dari krisis ini akan berpulang pada diri kita sendiri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar