Refleksi Kemerdekaan Republik
Indonesia ke 70
Membaca dengan tekun dan sadar
gagasan mulia Para founding fathers memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dengan tujuan umum adalah mengubah sistem feodalistik dan sistem
kolonialis menjadi sistem modern dan sistem demokrasi (Anhar
Gonggong :2002) Karena Kemerdekaan menurut Sukarno adalah “jembatan emas”
menuju cita-cita demokrasi, sedangkan pembentukan “nation and character
building” dilakukan di dalam prosesnya. Kalau pada suatu saat Sukarno
menyatakan bahwa, “revolusi belum selesai,” maka dalam konteks “nation and
character building,” pernyataan demikian dapat dimengerti.Artinya, baik “nation”
maupun “character” yang dikehendaki sebagai bangsa merdeka belum
mencapai standar yang dibutuhkan. Beberapa hal berikut terkandung di
dalam gagasan awalnya: Pertama, Kemandirian (self-reliance),
atau menurut istilah Presiden Soekarno adalah “Berdikari” (berdiri di
atas kaki sendiri). Dalam konteks aktual saat ini, kemandirian diharapkan
terwujud dalam percaya akan kemampuan manusia dan penyelenggaraan Republik
Indonesia dalam mengatasi krisis-krisis yang dihadapinya. Kedua, Demokrasi
(democracy), atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis.
Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari
masyarakat warisan yang feodalistik. Masyarakat di mana setiap anggota ikut
serta dalam proses politik dan pengambilan keputusan yang berkaitan langsung
dengan kepentingannya untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Ketiga,
PersatuanNasional (national unity). Dalam konteks aktual dewasa
ini diwujudkan dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar
berbagai kelompok yang pernah bertikai ataupun terhadap kelompok yang telah
mengalami diskriminasi selama ini. Keempat, MartabatInternasional
(bargaining positions).Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat dan
kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan
dan wibawa di dunia internasional.Sikap menentang hegemoni suatu bangsa atas
bangsa lainnya adalah sikap yang mendasari ide dasar “nation and character
building.” Bung Karno menentang segala bentuk “penghisapan suatu bangsa
terhadap bangsa lain,” serta menentang segala bentuk “neokolonialisme”
dan “neoimperialisme.” Indonesia harus berani mengatakan “tidak”
terhadap tekanan-tekanan politik yang tidak sesuai dengan “kepentingan
nasional” dan “rasa keadilan” sebagai bangsa merdeka (Otho H. Hadi :2002) .
Sementara Banyak kalangan yang
melihat perkembangan politik, sosial, ekonomi dan budaya di Indonesia sudah
sangat memprihatinkan.Rapot merah.Tak ada perubahan yang signifikan setiap
pergantian rezim.Selain acara seremonial politik, manuper politik,
persengkongkolan politik untuk mempertahankan status qua tak lebih dari
itu.Bahkan menguatnya kelompok mafia dibidang ekonomi, hukum, pendidikan.Dan
selebihnya yang terjadi kongkalingkong politik yang tentu demi mepertahankan
klasnya.Kaum minoritas tetapi jadi mayoritas dalam segala hal.Sementara kaum
mayoritas tetapi minoritas dalam segala hal. Sijelata bertubi-tubi mengalami
eksploitasi, pungutan, penggusuran, dipinggirkan atas nama pembangunan. Si
miskin didera bencana alam akibat ulah pemodal, pasar dan elit.Si pasar,
pemodal dan elit melakukan pembalakan ratusan dan ribuan hektar,
mengalihfungsikan hutan, rawa, bakau dan kawasan perbukitan untuk industry
perumahan yang harganya selagit. Dan tentu si elitlah yang sering mengorupsi
sisa pendapatan Negara setelah dipotong dn cicilan utang. Dan seperti biasa si
jelata kaum kuli yang harus menanggung akibatnya.Inikah hadiah 67 tahun kita
merdeka ?Bahkan, kekuatiran itu menjadi tidak hanya kekayaan bangsa, dan
kedaulatan bangsa yang tercabik dan dikuasai rezim pasar dan
modal,semakin nyata ketika menjelajah pada apa yang dialami oleh setiap warga
Negara yang jelata,Beberapa persoalan bangsa yang hingga kini sulit dipungkiri
masih menjadi fotrtet aktual seperti : Pertama,kekerasan dan pelanggaran HAM.
Kedua, kemiskinan dan pengangguran.Ketiga, ketimpangan agraria.Keempat konflik
agrarian. Keempat, pendidikan, Kelima , KKN. Keenam, reformasi birokrasi.
Ketujuh,Outsorsing.Kedelapan,Rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian
besar berketerampilan rendah . Kesembilan, Meningkatnya konversi lahan pertanian subur beririgasi teknis bagi
peruntukan lain .Kesepuluh,Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis
masyarakat,dan Lemahnya kordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan pedesaan.
Dari potret itu dapat kita tarik kesimpulan bahwa
Negara gagal dalam mengelola mandate dari rakyat.Pemerintah Cuma mampu menaruh
perhatian yang serius pada upaya meredam konflik di tubuh para pembantu dari
mulai memilih sampai meresapel mentri.Dengan demikian apakah Negara gagal dalam
menjalankan mandatnya.Menurut studi yang dilakukan Word economic forum dan
Universitas Harvard sekitar tahun 2002 tentang Negara gagal. Ciri –ciri yang
disebut Negara gagal antara lain tinginya kriminalitas dan kekerasan, korupsi
yang merajalela, miskinnya opini public, serta ketidak pastian yang tinggi.
Negara gagal pada awalnya banyak karena kegagalan di bidang ekonomi yaitu
ketidak efesienan yang parah dalam mengatur modal dan tenaga kerja akhirnya mengakibatkan
kemiskinan dan pengangguran. Bahkan selanjutnya Negara gagal berpotensi pada
penegakan hokum yang gagal dalam menjalankan amanatnya, berbagai kelakuan yang
merusak moralitas bangsa tak pernah tuntas diselesaikan, bahkan penguasa atas
nama pasar dan modal melegitimasi melakukan kekerasan dengan berjuta alasan.
Berbagai prilaku yang mencidrai kehormatan dan kemuliaan amanat dan bangsa
hancur semakin berkembang mengembangkan ketidak beradaban.Ribuan rakyat miskin
bertambah.Busung lapar menjadi potret ynag actual dinegeri ini. Kembali
kepertayaan sederhana dan sangat dasar, ada apa dengan bangsa ini? Adakah
dimeja makan, meja kerja, meja belajar para penguasa memikirkan rakyat miskin
dengan tuntas ?
Teologi kebangsaan
Bagi penguasa bisa jadi potret
kemiskinan, kelaparan, pengangguran, Korupsi hanya dianggap aib. Maka tentu
upaya menuntaskan itu semua hanya dilakukan untuk “menutup aib” tak lebih dari
itu.bahkan lebih jauh kita kehilangan empati dalam situasi “normal” banyak hal
yang “tidak normal”. Padahal yang kita tau Negara ini sangat kaya dimana-mana,
tapi ada ribuan keluarga yang supermiskin dan super terjaga secara politik
ketika mereka melakukan pelanggaran konstitusi dan amanat rakyat.
Enam puluh tujuh tahun kita merdeka dari imperialisme klasik, tentu
dengan satu komitmen kebangkitan disemua sector. Namun sulit dipungkiri usia
enampuluh tujuh tahun bangsa ini merdeka, kebangkitan nasional memberi potret
yang buruk/ atau rapot merah.Semangat kebangsaan kita semakin melemah hampir
hilang. Di sisi laineksklusifitas kaum elit menguat, ekonomi pasar bebas
melahirkan eksklusifitas akibat hilangnya dimensi manusia. Begitu juga nilai
sekuler pasar yang dibawa kapitalisme mendegradasikan kemanusiaan bangsa
ini.selanjutnya tanpa sadar menghancurkan ikatan kebangsaan. Ini tentu
terasa terutama oleh kaum miskin.Untuk itu karena bangsa sebuah kontruksi
social-historis. Maka masalah kebangsaan adalah akan berpulang pada kita. Yakni
sejauh mana kita menguatkan keindonesiaan lewat etika berbangsa.karena dengan
ini kekuasaan yang selama ini di duduki para abdi kekuasaan yang tak kunjung
tiba mengalami perubahan dan perbaikan kwalitas harus dihentikan tanpa tebang
pilih.Patriotisme pada produk dalam negeri, patriotisme pada sumber-sumber daya
agrarian melalui agenda nasionalisasi asset bangsa yang telah dijual adalah
wujud dari etika berbangsa. Menuntaskan konflik agararia dan ketimpangan
agrarian melalui dijalankannnya agenda pembaruan agrarian yang diamanatkan oleh
UUPA No 5 tahun 1960 dan TAP MPR No IX tahun 2001 tentang pembaruan
agrarian dan pengelolaan sumber daya alam adalah wujud dari kebangkitan
semangat kebangsaan kita. Dihentikannya dan dicabutnya kerja-kerja outsorsing
bagi para pekerja di setiap perusahaan adalah wujud etika kebangsaan
bermartabat dan terhormat.Dalam panggung politik, etika berbangsa dilakukan
agar bermartabat, terhormat, mendidik dan mulia.Pilihan tindakan ini tentu akan
menumbuhkan kembali kepercayaan kepada pemerintah yang semakin
hilang.mewujudkan reformasi birokrasi, memperbaiki pelayanan public, dan
pemberantasan korupsi yang tak pernah tuntas adalah wujud meraih kembali
kebangsaan yang hilang.Mengentaskan kemiskinan melalui agenda pembaruan
agrarian, peningkatan kesehatan dan pendidikan melalui sejumlah intrumen yang
disediakan merupakan bukti kita serius hendak mengembalikan kembali nila-nilai
kebangsaan yang terkikis.
Tentu yang mengabdi pada
kebenaran, keadilan social, kejujuran untuk bangsa patut di beri kursi
kemuliaan dan patut dihormati bahkan jadi tauladan. Sehingga semua
kelakukan politik yang merugikan kehormatan bangsa dan martabat manusia harus
tuntas diselesaikan dengan adil agar tidak mencederai bangsa, moral,etika, rasa
keadilan rakyat dan hukum.Bagi siapa yang mengunakan kekuasaan bagi dunia hitam
harus dipangkas. Karena kerugian Negara dalam ekonomi, sumber daya
agrarian,politik, social adalah kerugian bangsa. Karena segala bentuk al-fasd
menghisap darah rakyat dan kebangsaan.
Pesan moral
Bila dulu dalam sejarah bangsa
hilangnya nyawa tak pernah diragukan. Di masa tahun 1966 masyarakat tak ragu
menuntut perubahan kepemimpinan, begitu juga ditahun 1998 kembali rakyat
menuntut perubahan juga tak pernah ditakuti, maju kedepan meski harus
rela gugur dari mereka tak sedikit.Maka semangat pengorbanan menjaga etika
berbangsa dimasa transisi yang telah dibajak oleh pasar dan modal melalui
negara harus terus dihidupkan apalagi kini kita mengalami krisis kebangsaan.
Hal ini terlihat berbagai persoalan yang mencederai kehormatan bangsa, dari
soal ekonomi, social,politik,hukum dan budaya. Semua terjaga, terpelihara dan
terlegitimasi oleh kepentingan pasar dan modal. Dari soal kekayaan,
regulasi hingga warga kebangsaan hanya diperuntukan bukan bagi kedualatan
bangsanya namun bagi klas kaum langitan. Kita hidup kini jadi kaum kuli
dinegara yang kayanya subhanallah.Hanya dengan bersatu hati menguatkan etika
berbangsa, membaca dan menyebarkan ulang semangat patriotisme dan nasionalisme
kedaulatan ini bisa diraih kembali.Dengan semua itu kita dapat lepas dari
bangsa yang tercederai, pinggiran dan dekil. Karena harapan untuk perubahan
dari krisis ini akan berpulang pada diri kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar