Oleh : Nissa Wargadipura
Azoola
Pinata,
Tanaman
penting bagi bahan pupuk alami tanaman.
Dikenalkan di
Pesantren Ath Thaariq sejak dini bentuk, manfaat,
Cara
pengolahannya serta penggunaannya.
|
Akibat
Revolusi Hijau di sektor pertanian yang berakibat pada tanah semakin tidak
subur karena penggunaan secara terus menerus (bahkan di luar batas) pupuk kimia
(urea, pestisida, herbisida, round up), sistem pertanian monokultur, dan benih
yang tidak mandiri. Maka ekosistem wilayah hidup di tempat kami mengalami
kerusakan yang sangat parah, tanah semakin tidak subur , serangan hama tikus
dan hama lainnya tidak terkendali. Setiap kali menanam dan memeliharanya, dengan sekuat tenaga, pikiran dan modal
tercurahkan, berharap akan mendapatkan hasil yang banyak dan terbaik, namun
semua itu sirna dan membuat putus asa.
Kejadian kejadian ini terus berulang dari tahun ke tahun seolah tidak
ada jalan keluar, kebutuhan paling dasar kami yakni hasil produksi
pertanian terus turun kwalitas dan
jumlahnya.
Kondisi
diatas membuat para petani di desa desa
wilayah kami, dimana tanah sebagai sumber utama keluarga “terpaksa dilepaskan” karena
bertani sudah tidak lagi memberikan keuntungan serta tidak bisa menjadi tulang
punggung utama keluarga lagi.
Manusia
begitu sangat lambat merespon kondisi kerusakan diatas.
Masalah
yang lain adalah besarnya populasi manusia, alih fungsi lahan menjadi pemukiman
dan industrialisasi serta eksploitasi sumber daya alam. Ini berakibat pada punahnya
keanekaragaman hayati di sekitar kami sebagai penjamin keberlangsungan
kehidupan di bumi, semua ini berdampak
pada berbagai segi kehidupan, memunculkan sebuah masalah bernama krisis sosial
ekologis.
Begitu
pula di kawasan Pesantren Ekologi Ath Thaariq, pada 2008 yang lalu, dengan 20
orang santri dan lima keluarga inti. Kami mengolah sawah seluas 8.500m2. Sawah
kami diserang kawanan tikus secara membabi buta, berbagai cara sudah dilakukan,
dari tahun ke tahun hasil padi kami terus menurun drastis. Kami menanam kacang
panjang di pematang pematang sawah sebagai area tumpang sari, namun terus
diserang hama wereng, begitupun dengan mentimun, daunnya terus dimakan ulat dan
buahnya basah didalam. Pakcoy dan Selada Hijau kami hanya mampu bertahan
beberapa minggu saja, setelah itu layu tanpa sebab. Ditambah burung pipit
berbondong bondong memakan bulir padi.Yang paling mengerikan lagi adalah,
ketika musim panen telah lewat, padi padi kering kami simpan di karung karung
di sisi lain di sawah musim tanam padi masih kecil, tikus tikus datang ke rumah
kami dalam jumlah ratusan ekor, gabah kami jadi sasaran. Mampuslah kami, terancam Pesantren dibubarkan
dan tanah dijual.
Tapi
kami terus berjuang, terus maju, terus mencari jalan.
Kami
mencari akar masalahnya, ternyata ini diakibatkan karena sistem bertanam
monoculture, pada satu kawasan, hanya padi, dan beberapa tanaman sayur saja,
serta pemakaian pupuk kimia - urea, pestisida, herbisida, round up - yang mematikan berbagai tanaman lainnya
sebagai penyeimbang dan penyedia makanan bagi binatang dan serangga lainnya. Pada
saat genting tersebut pula kami langsung teringat pada pelajaran SMP dan SMA
dulu, pada gambar ular dan burung hantu, intinya adalah bila rantai makan pada
ekosistem terputus, maka akan terjadi ketidak seimbangan yang akan memunculkan rusaknya
ekosistem yang lainnya.
Sorgum,
ditanam alami bersama Kacang.
Tidak membutuhkan Pupuk, karena daun kacang (nitrogen
)
telah
membantunya mendapat asupan pupuk.
Dibuat untuk
Karbohidrat lainnnya
Panen di
Pesantren Kebon Sawah
|
Kawasan
Pesantren Ekologi Ath Thaariq, telah terjadi keterputusan ekosistem yang sangat
parah, sehingga perkembangbiakan tikus, burung dan hama sangat masif, harus ada yang menyeimbangkannya,
yakni ular, burung hantu, dan binatang lain begitu sangat penting, serta
tanaman yang lebih beragam sebagai penyedia makanan.
Terlebih
dahulu, diputuskan kami mengundang ular dan burung hantu dengan cara membuat
semak semak di sepanjang selokan yang melewati seluruh sawah sawah dan kebun
kami. Bertani tidak boleh lagi menggunakan pupuk kimia (urea, pestisida,
herbisida, round up), karena penggunaan pupuk tersebut malah membunuh dan mengundang banyak hama
lainnya, serta membantai dan menghancurkan kehidupan berbagai makhluk hidup
didalam tanah, selain tidak sesuai dengan ajaran yang diterapkan, yakni akhirnya
khalifah yang telah melakukan kerusakan diatas muka bumi.
Proses
panjang membawa Pesantren Ekologi Ath Thaariq Garut, berinisiatif berupaya
sekuat tenaga mencari jalan keluar bagi pemulihan ekologis yang benar di kawasan
seluas 8.500m2, juga supaya kami tidak melepaskan tanah, bersama keluarga hidup
sejahtera di lingkungan yang sehat
alami, mandiri dan berdaulat. Bersama para warganya, guru dan santrinya, mempraktekkan
langsung pengetahuan tentang lingkungan hidup melalui penerjemahan
ajaran-ajaran agama, juga merancang sebuah system bernama bertani bernama “agroekologi”.
Agro
ekologi adalah metode pengelolaan areal yang menciptakan kehidupan yang
berkelanjutan, dimana konsep utamanya adalah “keseimbangan dan berbagi’
sehingga etika yang dibangun dalam mengelola yaitu peduli bumi, peduli sesama makhluk
tuhan dan peduli masa depan. Agroekologi adalah model pengelolaan
keanekaragaman dengan prinsip motede secara lokal, sumber daya lokal, bahan
lokal,teknologi lokal dan tenaga lokal. Karena keanekaragaman melahirkan
keseimbangan ekologi.
Agroekologi
juga adalah sebuah cara pengelolaan lahan secara optimal yang
menggabungkan
sistem produksi biologis dengan rotasi tanaman jangka pendek dan jangka panjang
berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Elemen tanaman dalam agro ekologi
yaitu tanaman musiman (seperti sayuran : kami menggunakan sayuran non populer,
talas, umbi jalar,padi, dll) tanaman tahunan (buah-buahan) dan tanaman jangka
panjang misalnya kayu kayuan.Menanam di pot, dengan memakai pupuk sisa sampah dapur, dilakukan pula di Pesantren Kebon Sawah, agar anak anak mudah menjangkaunya dan terbiasa memakan sayur dari hasil sendiri. |
Dalam
agro ekologi pola tanam sangat diperhatikan, sehingga menghasilkan
produktivitas yang sangat optimal dan berkelanjutan. Secara umum faktor
lingkungan dan karakter tanaman menjadi pertimbangan dalam menanam. Selanjutnya,
pembagian zonasi harus dilakukan dengan sangat cermat agar menghasilkan siklus
yang berkelanjutan. Begitu juga Pertimbangan dalam merancang pola tanaman
diantaranya : ketersediaan air, kondisi tanah ( jenis tanah,kesuburan tanah,
dan bentuk permukaan tanah) keberadaan hama dan penyakit, ketersediaan bahan
tanaman dari varietas berdasar kesesuai lahan. Sehingga sistem yang digunakan
adalah “polikultur” dalam jumlah pohon yang cukup, bukan banyak. Yaitu budidaya
berbagai jenis tanaman pada lahan dan waktu yang berbeda. Tentu manfaat dari
agroekologi yaitu diversifikasi nutrisi, panen terus menerus, beragam tanaman,
meningkatkan kesuburan tanaman, dengan polikultur dapat memutuskan siklus hidup
hama dan penyakit tanaman. Sehingga peranan konservasi tanah dalam adalah
memiliki peranan yang penting agar keanekaragaman hayati dan pemulihan
ekosistem berjalan dengan baik.
Kami
sangat menghargai sekali kehidupan di dalam tanah, karena kami membutuhkan makanan
dan air yang sehat, sehingga pekerjaan kami selama bertahun tahun adalah
merehabilitasi tanah.
Benih Open
Pollinated Organic Seed
Karena
dengan benih yang bisa berkembang
dan turun
temurun secara alami
Maka
kedaulatan pangan tetap terjaga
Disimpan
dengan sangat baik di Pesantren Kebon Sawah
|
Agar
penerapan Agro Ekologi tetap konsisten dijalankan, maka sistem ini harus
didekatkan pada para pengelolanya, karena tujuan utama dari agroekologi ini
sendiri adalah mengedepankan kebutuhan keluarga dan lingkungan terdekatnya,
rumah menjadi pusat dari seluruh aktivitas di kawasan agroekologi ini. “Kebun
Pekarangan” adalah kalimat yang tepat dalam etnisitas kalimat kita.
Kebun
Pekarangan adalah tanah di sekitar rumah, biasanya berpagar keliling yang
ditanami dengan berbagai tanaman, kadang kadang tumbuhan liar campuran dari
tanaman buah buahan, tumbuhan merambat,
bambu, dan tanaman semak semak yang bermanfaat (Terra, 1953-163). Lembaga
Ekologi pada 1978 (AgroEkosistem Orang Sunda – Jhon Iskandar dan Budiaawati S.
Iskandar , Kiblat 2011) pekarangan didefinisikan “sebidang tanah yang ada bangunan tempat
tinggal diatasnya, yang mempunyai batas tertentu dan yang mempunyai hubungan
fungsional, artinya bahwa penghuninya memiliki hak untuk menanam dan memungut
hasil dari pekarangan tersebut.
Kebun
Pekarangan dengan memakai sistem Agroekologi, telah memberikan kemanfaaatan
bagi kami di Pesantren Ekologi Ath Thaariq Garut, sekarang, padi kami
berlimpah, bisa dikonsumsi tiap hari bergantian dengan sayuran berbagai jenis dan
karbohidrat lainnya , berjenis jenis bumbu rempah, tanaman obat obatan dari
semak semak serta berbagi jenis ikan. Disisi lain kami pun menikmati berbagai
kemunculan binatang – binatang yang
telah langka (tidak bisa tumbuh ditempat lain karena penggunaan pupuk kimia), tempat
kami menjadi rumah bagi kunang kunang, kupu – kupu, burung, berbagai jenis
katak, ular (yang bukan pembunuh utama manusia). Situasi ini sangat penting
bagi anak anak kami serta santri santri Pesantren Ath Thaariq, dimana rata rata
anak di Indonesia, mengetahui keaneka ragaman hayati hanya dari pelajaran yang
tekstual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar