Kamis, 19 Februari 2015

Pesantren Ath Thaariq Garut: Berjuang dari Sejengkal Tanah

Pondok Pesantren Ekologi Ath Thaariq (foto: greenindonesia.org)
Sejak kehadirannya, pesantren  memiliki peran menggerakan, memimpin dan melakukan perjuangan untuk mengusir penjajah, juga memprakarsai berdirinya Negara Republik Indonesia tercinta ini. Pesantren juga telah menjadi tonggak perlawanan dan pembebasan dari segala bentuk penindasan. Selain itu,  menurut Ma’shum Pesantren mempunyai tiga fungsi yakni, fungsi religious (diniyyah), fungsi sosial (ijtimaiyyah) dan fungsi edukasi (tarbawiyyah). Kedudukan ini memberikan isyarat bahwa penyelenggaraan keadilan sosial melalui pesantren lebih banyak menggunakan pendekatan kultural.
Dari latar belakang di atas maka dihadirkanlah Pesantren Ath Thaariq, sebuah tempat yang dijadikan sebagai  tempat perlawanan sekaligus sebagai tempat belajar tanpa batas ruang, serta mendorong pemulihan kerusakan sosial-ekologis dan ekonomi  yang terjadi di lingkungan sekitar kita.

Mengenal Profil Pesantren Ath-Thariq, Garut 
Pesantren Ath Tharriq terletak di dekat area Perkantoran Pemerintahan Daerah (Pemda) Kabupaten Garut. Berada di tengah persawahan yang tersisa dari kepungan proyek perumahan.  Pesantren ini berlokasi di tengah perkampungan urban, dimana penduduknya sebagian berasal dari desa–desa sekitar Garut yang datang ke kota untuk mengadu nasib. Pesantren ini juga berada sangat dekat dengan sebuah Perguruan Tinggi, tepat di Kelurahan Sukagalih RT/RW 04/12, Kecamatan Tarogong Kidul.

Uniknya, Pesantren ini  didirikan oleh beberapa aktivis yang concern terhadap masalah – masalah agraria, demokrasi dan kemanusiaan pada tahun 2009 yang lalu. Sehari-hari pesantren ini diasuh oleh Nissa Wargadipura bersama suaminya Ibang Lukmanurdin, serta rekan-rekan mereka yang  juga  bergiat dalam Serikat Petani Pasundan.
Pesantren ini dihuni oleh para santri dari mulai usia  anak-anak, mahasiswa  hingga orang tua. Saat ini ada sekitar 100 orang santri yang belajar di Pesantren Ath Thaariq, dengan menggunakan  sistem pembelajaran diskusi, sorogan dan bandungan.  Di pesantren ini, jenjang pendidikan  disesuaikan dengan kemampuan para santri yang terbagi sebagai berikut :
  1. Santri Alit usia 0-6, dibentuk dalam sebuah lembaga PAUD ALAM Ath Thaariq,
  2. Santri kelas satu (Usia kelas 1-4 SD) dan santri kelas dua (usia kelas 4-6 SD), mendapatkan pelajaran membaca, menghapal dan menulis Alquran, serta mempelajari Bahasa Inggris.
  3. Santri Kelas tiga (usia SMP dan SMA), membaca, menghapal dan menulis Alquran, serta mempelajari Bahasa Inggris, juga memperoleh pelajaran kitab – kitab kuning, diantaranya :  Ilmu Tajwid (dengan pembahasan kitab Makharijul Huruf, Fathul Ahtfal, Jazariah), Ilmu Nahwu (dengan  mengkaji kitab Mukhtasor, Al Jurumiyah, ’Imrity, Mutammimah),  Ilmu Sharaf (dengan mengkaji kitab Tashrifan, Kailany, Junjani/Yaquulu),  Ilmu Akhlaq (dengan mempelajari kitab Akhlaqul Banin, Kholashoh Nurul, Ta’limul Muta’allim), Ilmu Tauhid (dengan mempelajari kitab Aqa’idu Iman,Tiijan Addaruri, Kifayatul Awwam,  Jauhar Tauhid), Ilmu Fiqh (dengan mempelajari kitab Babul Wudhu &Shalat, Safinah Annajah, Fathul Qarib, I’anahuth Thalibin), Ilmu Hadist (dengan mempelajari kitab Arbain, Mukhtarul Hadist, Riyadhus Sholihin),  Ilmu Bayan (mempelajari kitab Samarqandi, dll), Ilmu Mantiq (mempelajari kitab  Sulam Munawarah, dll), Ilmu Balaghah (mempelajari kitab Jauhar Al Maknun), Ilmu Tasawuf (mempelajari kitab Sulam Attaufik, Iqadzul Himam, Hikam, Ihya’ulumuddin), Qiraatul Qur’an dan Tafsir (mempelajari kitab Jalalain,Ibnu Katsir, dll)
  4. Majelis Ta’lim, pengajian para orang tua yang dilakukan satu bulan sekali
  5. Forum Aktivis (mendiskusikan berbagai isyu – isyu yang berkembang seperti keberagaman, kemanusiaan, pemerintahan yang bersih, demokrasi dll), dilakukan sebulan sekali.
Dalam mengimplementasikan cita-citanya, pesantren menerapkan sistem “pendidikan yang membebaskan”, untuk membangun harkat dan martabat manusia ke arah yang lebih baik. Yakni menjadikan manusia-manusia terdidik yang memiliki kemandirian dan jati diri yang utuh, mampu memecahkan berbagai problem hidup yang dihadapinya serta memiliki daya produktivitas tinggi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun masyarakat dan lingkungannya.
Metode pendidikan yang diterapkan oleh pesantren, selalu melalui metode – metode yang mudah, dari mulai permainan, diskusi yang menyenangkan, pembahasan kitab kuning dan pelajaran Alquran yang tidak memberatkan, santai namun padat berisi. Sistem pendidikan yang berusaha selalu menampilkan sisi tersendiri untuk perkembangan kecerdasan anak. Hal ini sangat berbeda sekali dengan pendidikan modern yang berkembang saat ini, yang sangat diskriminatif, kapitalistik serta memecah-belah ekonomi masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar