Oleh : Dinar Tri
Wulandari
Tugas kami yang
pertama di Pesantren Ath Thaariq adalah, bersama - sama membuat “bekong”,
mengisinya dengan tanah, dan benih.
Bekong adalah kantong untuk pembbibitan yang terbuat
dari daun pisang, lebarnya 5 cm di buat lingkaran sebesar 3 jari dan ditusuk pakai
lidi. Benih ditanam dalam bekong, sampai diatumbuh menjadi bibit yang siap
ditanam.
Setelah
menyiapkan bekong, kami harus menyiapkan tanah dicampurkan dengan kotoran domba
yang kering, dan diayak, menjadi tanah yang sangat lembut dan gembur. Tanah itu
kemudian dimasukan ke dalam bekong satu persatu. Biasanya bekong yang dibuat bisa
mencapai ratusan, diletakkan berjajar di
dalam pipa paralon persegi, tiap 1 pipa
berisi 100 bekong atau lebih.
Kali ini kami
menanam benih terong, ada 100 benih yang
kami siapkan. Benih dimasukan dalam bekong pada kedalaman 1 cm, kemudian ditutup tanah tipis –
tipis. Tiap pagi dan sore kami harus menyiramnya bergantian dengan teman –
teman sesuai jadwal. Menyiram menggunakan sendok agar benih tidak keluar dari
bekong. Benih akan berkecambah, keluar akar dan daunnya. Tunggu 1 minggu lebih beberapa hari dan
daun-daun akan untuk bermunculan. Setelah sekitar satu
bulan, benih tumbuh menjadi bibit yang siap dipindahkan dari pipa paralon persegi, ke
lahan yang lebih luas.
Sambil menunggu
benih berdaun banyak lagi, aku ditugaskan untuk memeliharanya, kini semua
menjadi tanggungjawabku. Aku mulai mencangkul tanah untuk menanam benih terong
di lahan yang lebih luas. Tanah saya garpu, rumput dibuang dan dicabuti sampai
akar, membuat tanahnya lembut. Hampir setiap sore saya mencangkulnya,
mencampurkannya dengan kotoran domba hingga benar-benar gembur.
Setelah lahan
siap, saya memindahkan benih terong. Memindahkannya pada sore hari, setelah
pulang sekolah dan pulang mengaji. Memilih sore hari supaya benih yang baru
dipindahkan tidak kepanasan. Esok harinya, saya melindungi benihnya dengan
gedebog cau (pisang), satu persatu, tiap sore saya menyiramnya. Selanjutnya,
tiap hari minggu kebun terong dibersihkan dan disiangi rumputnya.
Genap sudah
lima bulan lamanya. Pohon terongnya
cukup tinggi hampir mencapai 45 cm, daunnya lebar – lebar sekali dan terus
berbunga, warnanya ungu, berbuah lebat dan besar-besar. Rasa buahnya manis dan
renyah sekali. Untuk kali ini saya belum menemukan penyakit di tumbuhan terong,
semuanya tumbuh dengan baik, mungkin karena bibitnya local, sehingga cocok
dengan cuaca dilingkungannya. Itulah asyiknya benih local.
Hampir tiga hari
sekali kami memanen terong. Seluruh penghuni Pesantren Ath Thaariq bisa mencicipi
masakan terong bumbu manis hasil pertanianku.
Kini aku harus
membenihkannya, kata Ummi Nissa -pemimpin pesantren kami, benih yang baik itu
harus mulus, bersih dan warnanya penuh. Saya
sudah memilihnya, ada tiga buah terong yang akan saya jadikan benih, sampai saat ini
tidak dipetik, dibiarkan menua saja di pohonnya. Semoga besok hari aku bisa
mengembangkannya lebih besar lagi dengan benih terong organik yang telah aku
pilih .
Saya sangat
bangga menanam terong, semua orang di pesantren bisa merasakan tanamanku.
Agustus, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar