Selasa, 23 Juni 2015

TIWU FAVORIT PESANTREN KEBON SAWAH




(Seri Tulisan Pengalaman Santri Ath Thaariq)

Oleh; Andi Muhamad Taufik

Selain mengaji, di pesantren kebon sawah kami harus bekerja. Tiap hari kami bekerja mengambil rumput untuk domba juga mengurus kebun, serta merawat ternak, diantaranya ayam, bebek dan itik. Semua harus dipelihara dengan baik kalau tidak ingin mati. Tapi, tiap hari juga kami tak lupa bermain layang – layang.     
Setiap hari kami memberi makan ternak, sampai menunggui mereka bermain. Mereka harus dijaga, sebab ada anjing tetangga yang bisa memakan ternak kami, atau mereka ke sawah tetangga, kalau tidak dijaga, kami kena semprot tetangga.
Setelah bekerja kami biasanya kehausan, makanan sekaligus minuman pelepas lelah paling enak adalah Tiwu, kalau bahasa Indonesianya Tebu, batang berair sangat manis, sambil nongkrong melepaskan lelah, kami menyepahnya. Rasanya  segar luar biasa.

Karena tiap hari tebu dimakan. Tebu yang ditanam semakin sedikit. Umi Nissa, pemimpin pesantren, menyuruh semua orang yang suka tebu untuk segara kembali menanamnya supaya tebu yang sudah ada tidak habis. Ummi Nissa menyiapkan benih tebu yang harus ditanam. Momor, teman saya  yang paling suka menyepah tebu menanamnya dipinggir-pinggir kolam. Kini kami cukup punya rumpun tebu hingga bebas memakannya. Tebu tidak sulit menanamnya, hanya ditancapkan saja di tanah.
Rasa tebu sangatlah manis dan segar dimakan bersama teman-teman sambil bercanda. Setelah bekerja mengarit rumput, tebu menjadi makanan yang paling disukai di tempat belajar kami, pesantren kebon sawah.
                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar