Oleh; Andi
Muhamad Taufik
Selain mengaji,
di pesantren kebon sawah kami harus bekerja. Tiap hari kami bekerja mengambil
rumput untuk domba juga mengurus kebun, serta merawat ternak, diantaranya ayam,
bebek dan itik. Semua harus dipelihara dengan baik kalau tidak ingin mati. Tapi,
tiap hari juga kami tak lupa bermain layang – layang.
Setiap hari kami
memberi makan ternak, sampai menunggui mereka bermain. Mereka harus dijaga, sebab
ada anjing tetangga yang bisa memakan ternak kami, atau mereka ke sawah
tetangga, kalau tidak dijaga, kami kena semprot tetangga.
Setelah bekerja
kami biasanya kehausan, makanan sekaligus minuman pelepas lelah paling enak
adalah Tiwu, kalau bahasa Indonesianya Tebu, batang berair sangat manis, sambil
nongkrong melepaskan lelah, kami menyepahnya. Rasanya segar luar biasa.
Karena tiap hari
tebu dimakan. Tebu yang ditanam semakin sedikit. Umi Nissa, pemimpin pesantren,
menyuruh semua orang yang suka tebu untuk segara kembali menanamnya supaya tebu
yang sudah ada tidak habis. Ummi Nissa menyiapkan benih tebu yang harus ditanam.
Momor, teman saya yang paling suka menyepah
tebu menanamnya dipinggir-pinggir kolam. Kini kami cukup punya rumpun tebu hingga
bebas memakannya. Tebu tidak sulit menanamnya, hanya ditancapkan saja di tanah.
Rasa tebu
sangatlah manis dan segar dimakan bersama teman-teman sambil bercanda. Setelah
bekerja mengarit rumput, tebu menjadi makanan yang paling disukai di tempat
belajar kami, pesantren kebon sawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar