Minggu, 20 Maret 2016

Acak Kadut Sistem Pertanian Kita



Cuaca yang sangat ekstrim, anomaly dan tidak menentu, memberikan dampak pada berbagai aspek, baik kesehatan, pertanian, dan perekonomian.
Rendahnya perilaku dan kepedulian masyarakat dalam menghadapi ancaman perubahan iklim.
Tidak adanya Sekolah Ekologi yang mengkhususkan Pengetahuan Ekologis (proses – proses natural dan saling berkaitan yang terjadi di alam), baik itu secara Teori maupun “Praktek” bagi anak – anak sejak usia dini sampai mahasiswa serta masyarakat umum.
Terancam punahnya keragaman hayati Indonesia. Di tempat kami, beberapa tanaman mulai hilang karena disingkirkan oleh petani akibat ketidaktahuan serta gencarnya promosi dari perusahaan benih dan produk hasil rekayasa genetik (Genetically modified Organism/GMO), berupa benih dan pangan/pakan.
Petani yang menguasahakan lahan pertanian yang sangat tergantung pada pasokan suplai bibit yang disediakan oleh perusahaan besar, sehingga tidak mandiri.
Anak anak yang belajar bertani alami, mengenal benih dan pangan yang dihasilkan dari kebun sendiri, diberikan pengetahuan berdasarkan kurikulum yang telah diterapkan, yang berwawasan pada lingkungan lebih ramah, lebih peduli dan lebih mengedepankan terhadap saling melindungi antar sesama makluk. di Pesantren Ekologi Ath Thaariq Garut
Dipakainya paradigma yang keliru tentang konsep pembangunan dan system produksi yang eksploitatif serta berorientasi keuntungan jangka pendek saja.
Hilangnya kearifan local dalam mengembangkan system pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Berlimpahnya kekayaan organik di sekitar kita, yang tidak diinformasikan oleh para Petugas Penyuluh Lapangan untuk dipakai sebagai bagian metode pertanian yang berkelanjutan. Ini disebabkan PPL berfungsi dan merangkap sebagai agen segala macam Pupuk/Pakan/Benih dari perusahaan, sehingga terkesan para PPL enggan untuk memberikan pencerahan kearifan lokal, karena adanya tuntutan menjadi “tukang iklan” perusahaan agar para petani dampingannya membeli semua produknya.
Digunakannya pupuk kimia dalam pertanian sawah di sekitar komunitas dimana proyek berlangsung dan di daerah lain pada umumnya, dimana sawah dipaksa untuk panen tiga musim tanam dalam setahun. Ini membuat petani harus menaburkan pupuk kimia lebih banyak lagi. Semua perilaku ini mengakibatkan miskinnya unsur hara yang mengakibatkan dampak negatif untuk lingkungan dan kondisi pertanian itu sendiri.
Disamping itu ancaman lainnya adalah, generasi muda yang kehilangan arah, akibat system pendidikan yang hanya mengarahkan pada kontekstual saja, sehingga anak – anak tidak mempunyai keterampilan - keterampilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar