Pelabuhan Tanjung Buton Kabupaten Siak |
Perjalanan
Panjang Belajar Pengolahan Sagu
Sering saya bertandang ke daerah daerah yang
tempatnya didominasai Sagu, sagu adalah makanan lokal setempat yang bernutrisi
tinggi, dekat, gampang diakses, segar, karbohidrat yang tidak mengandung
glukosa, kapanpun bisa didapat, dan banyak sekali keluaran olahannya. Sagu paling
penting bagi kehidupan, karena sagu mampu menjadi pasokan pangan lokal odan
akan mampu berdaulat. Pohon adalah, salah
satu contoh penyuplai air untuk Danau Rano di Sulawesi Tengah dan saya merasa
tertantang untuk mengolah lebih banyak penganan berbahan Sagu. Jika tidak ada pohon
pohon Sagu, masyarakat di sekitar danau Rano akan kekurangan air karena jumlah
debitnya menurun, tidak akan mendapatkan ikan dan
Pada Ramadhan minggu kedua, tepatnya akhir Mei 2017,
saya berrencana untuk tinggal di rumah Bapak Abdul Manan, seorang Tokoh
Penggerak sekaligus pemilik Kilang Sagu dan mendampingi Komunitas Ibu Ibu untuk
pengolahan Sagu menjadi Mie Sagu, Sagu Telur, Sagu Lemak, Kue dan Sampolet Sagu
di Sungai Tohor di Pulau Tebing tinggi di Kecamatan Tebing Tinggi Timur
Kabupaten Kepulauan Meranti.
Meranti merupakan
pulau kecil bergambut yang berhadapan dengan Selat Malaka.
Pak Abdul
Manan, SE Warga Jalan Sentosa Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur
Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Beliu adalah salah satu Nominator
Penerima Penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup RI. Abdul
Manan aktif menyelamatkan lingkungan lahan gambut yang berada didesanya Sungai
Tohor dengan cara mendorong masyarakat melestarikan lahan gambut, dengan cara
mempertahankannya dari kekeringan sehingga fungsi gambut yang cocok dengan
tanaman sagu yang menjadi salah satu komoditas perkebunan Sagu masyarakat tetap
lestari.
Berbagai usaha telah
dilakukan Cik Manan, begitu panggilannya, dan sayapun ikut memanggilnya Cik, beliau
memulai pekerjaannya dari melakukan sosialisasi guna mendorong masyarakat untuk
mempertahankan lahan Gambut agar tidak terjadi kekeringan, dengan membangun
sekat kanal yang tepat, hingga melakukan penanaman Mangrove untuk menjaga bibir
pantai dari hantaman Abrasi yang selama ini menjadi masalah dikawasan bibir
pantai Meranti. Dan saya ditunjukkan langsung oleh beliau bentuk bentuk
dari sekat kanal.
Roro, Kapal yang membawa kami ke Sungai Tohor |
Saya sendiri
berangkat ke Sungai Tohor direkomendasikan oleh Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI), dan sangat terbantu oleh teman teman di Walhi Riau.
Selama lima hari,
empat malam, kami (saya, Nurmin, Cik Manan, Istrinya dan adiknya dan keluarga
besar Cik Manan) terus berdiskusi, belajar bekerja, istirahat, terawih di rumah
dan mencicipi pada saat berbuka serta sahur dengan mie sagu serta berbagai
olahan dari sagu yang disuguhkan Cik Lili istri Cik Manan. Amboi Masakan Melayu
itu memang selalu istimewa.
Cik Manan meyakini
dengan menjaga kelestarian lingkungan sebagai kearifan lokal turut berimbas
pada meningkatnya ekonomi masyarakat dari sektor pertanian dan perkebunan,
karena kesuburan tanah akan terjaga dan hasil perkebunan masyarakat meningkat.
"Jika ingin meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya yang mengantungian
hidup dari pertanian dan perkebunan tidak ada cara lain selain menjaga kearifan
lokal, jika itu diabaikan maka akan munculah kemiskinan," paparnya.
Hutan Rawa dan Gambut yang lebat dengan tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi, saya melihat masih banyak kera salah satunya
yang menjadi indikator bahwa keanekaragaman hayati terjaga cukup baik..
Pohon Rumbia atau Sagu mendominasi area Sungai Tohor, masyarakat
mengolah Sagu Basah untuk menunjang kehidupan ekonomi mereka. Sagu di panen di
kebun Sagu milik masyarakat, berusia kurang lebih 10 tahun, ditebang, dibawa
melalui jalur anak Sungai Tohor, dinaikkan
ke pekarangan Kilang Sagu, diparut dengan mesin, diputarkan dengan air untuk
mendapatkan endapan sagu, baru kemudian setelah empat jam mendapatkan Sagu
Basah.
Mengenal lebih
dekat dengan masyarakat Sungai Tohor yang merasa terancam dengan keberadaan
perusahaan-perusahaan hutan tanam industri (HTI) yang telah menguasai lahan
mereka. Perusahaan-perusahaan itu dinilai telah mengancam lahan gambut akibat
sistem kanalisasi yang membuat gambut kering dan mudah terbakar. Hal itu turut
berdampak pada menurunnya produksi sagu rakyat yang ramah gambut.Cik Manan pada 26
November 2014 membawa Presiden Joko Widodo melihat bendungan yang dibuat
masyarakat secara swadaya, saat ini baru ada dua dari sepuluh dam sepanjang 2
kilometer yang akan dibangun untuk menghambat laju air gambut agar tidak
terbuang ke laut akibat kanalisasi oleh perusahaan. Sistem kanalisasi yang dibuat oleh perusahaan
di desa tersebut membuat air gambut banyak terbuang ke laut. Akibatnya, gambut
akan mengering dan mudah terbakar serta dapat menghambat pertumbuhan kebun sagu
rakyat yang dinilai lebih bersahabat dengan gambut. Bendungan, ujar dia, perlu
dibangun agar gambut terus tergenang air.
Sebelumnya Pada
Januari 2014 diadakan Festival sagu yang dikemas dalam pagelaran pesta
rakyat dalam rangka HUT Ke-5 Kabupaten Kepulaun Meranti dan HUT Ke-3 Kecamatan
Tebing Tinggi Timur berlansung sangguh meriah dan spektakuler bersama Komunitas
Pecinta Lingkungan dan Artis tenar Indonesia. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) Riau dan Nasional ikut mengambil andil dengan membawa lansung 2 (dua)
personil Padi Band yakni Fadli (Vokalis) dan Rindra (Basis), Iksan Skuter dan
Yosep. Pada bulan Juni, Melanie Subono, datang pula untuk festival kelola
rakyat WALHI.
Dermaga Sungai Tohor |
Menyusuri
Kepulauan Meranti
Pada 31 Mei 2017, mulai melakukan perjalanan cukup
panjang, bersama Nurmin Dewo salah satu santri sekaligus Guru Agro Ekologi
Pesantren Ath Thaariq Garut, jam 6 pagi berangkat menuju bandara Husain
Sastranegara Bandung untuk terbang ke Pekan Baru.
Pada jam 14.00 landing, langsung ke Hotel Evo di
jalan Sudirman atas rekomendasi Rio Susanto, Staff Walhi Riau. Istirahat
sejenak
Rumah Rumah dengan Lahan Pekarangan yang Luas di Sungai Tohor |
Kami menuju Tanjung Buton, agar tidak terlalu sore
datang ke Sungai Tohor, kami berangkat sekira jam 08 pagi dari Hotel,
diperkirakan jam 13. sampai di Pelabuhan Tanjung Buton.
Pelabuhan Tanjung Buton sebenarnya nama pelabuhan
kedua di Riau. Pelabuhan itu diapit oleh pesisir timur Pulau Sumatera dengan
selat Pulau Padang di Kabupaten Meranti, Riau. Pelabuhan Tanjung Buton ada di
Kecamatan Sungai Apit,Kabupaten Siak, menuju kesana pada waktu itu ruas
jalannya masih sangat mengkhawatirkan, luas, lebar, namun berlubang. Tapi
tenang, jalanan cukup leluasa, tidak banyak kendaraan, masih nyaman untuk
dilalui.
pelabuhan ini terbilang ramai dan menjadi jalur
utama bagi moda transportasi laut untuk bepergian ke daerah kepulauan.
Di pelabuhan ini terdapat moda transportasi
penyeberangan Roro menuju daerah-daerah di Kepulauan Riau hingga Kota Batam.
Selain itu juga terdapat kapal Fery serta beragam moda transportasi laut menuju
daerah-daerah jauh lainnya di sekitar Riau pesisiran. Saya dan Nurmin menaiki
Roro.
Bangkai Kapal di Bibir Pantai Tanjung Samak |
Roro adalah kapal kecil tiga kali dari Fery.
Kursinya tidak lebih dari 20 buah, sayang saya tidak menghitungnya kursinya.
Awak kapalnya ada lima orang. 2 orang penjaga karcis, satu orang rider, satu
orang asisten rider dan satu orang pengurus barang barang.
Jaraknya dari Kota Pekanbaru mencapai 140 kilometer
dan 112 mil menuju perairan internasional Selat Malaka.
Berikut adalah Itenerary yang saya susun untuk kawan
kawan jika ingin berkunjung ke Cik Manan dan Cik Lili di Sungai Tohor
Perjalanan 31 Mei – 5 Juni 2017
Pesawat :
Bandara International Husen Sastra Negara Bandung – Pekan Baru (Rp. 650.000
berubah ubah)
Travel Avanza :
Pekan Baru – Tanjung Buton (Rp. 100.000,-)
Ferry Kecil :
Dermaga Tanjung Buton – Dermaga Sungai Tohor Kiri (Kecamatan Tebing Tinggi
Timur). Rp. 120.000,-
Motor :
Dermaga Sungai Tohor Kiri – Dermaga Tanjung Sari
Pongpong :
Dermaga Tanjung Sari – Dermaga Tanjung Samak Kabupaten Rangsang (Rp.10.000)
Ferry Besar :
Dermaga Tanjung Samak Kabupaten Rangsang – Pelabuhan Ferry Sekupang Batam
Kepulauan Riau (Rp.120.000,-)
Taksi :
Pelabuhan Ferry Sekupang Batam Kepulauan Riau – Bandara International Hang
Nadim Batam (Rp. 190.000,-)
Akhirnya, saya bertemu Paman saya, Papap Adam, dijemput dengan kebahagiaan di Terminal Sekupang |
Duduk di sebelah kiri Kapal Fery, bersebrangan dengan kami Kota Singapura |
Seumur umur naik Fery, ini Eksekutif banget, dear Cinta |
Aku salah sepatu atau salah kostum? Didalam kapal Fery Dumai dari Tanjung Samak menuju Pelabuhan Batam |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar