Sabtu, 27 Januari 2018

Perjalanan Panjang Belajar Pengolahan Sagu ke Sungai Tohor Provinsi Riau


Pelabuhan Tanjung Buton Kabupaten Siak
Perjalanan Panjang Belajar Pengolahan Sagu
Sering saya bertandang ke daerah daerah yang tempatnya didominasai Sagu, sagu adalah makanan lokal setempat yang bernutrisi tinggi, dekat, gampang diakses, segar, karbohidrat yang tidak mengandung glukosa, kapanpun bisa didapat, dan banyak sekali keluaran olahannya. Sagu paling penting bagi kehidupan, karena sagu mampu menjadi pasokan pangan lokal odan akan mampu berdaulat. Pohon  adalah, salah satu contoh penyuplai air untuk Danau Rano di Sulawesi Tengah dan saya merasa tertantang untuk mengolah lebih banyak penganan berbahan Sagu. Jika tidak ada pohon pohon Sagu, masyarakat di sekitar danau Rano akan kekurangan air karena jumlah debitnya menurun, tidak akan mendapatkan ikan dan
Pada Ramadhan minggu kedua, tepatnya akhir Mei 2017, saya berrencana untuk tinggal di rumah Bapak Abdul Manan, seorang Tokoh Penggerak sekaligus pemilik Kilang Sagu dan mendampingi Komunitas Ibu Ibu untuk pengolahan Sagu menjadi Mie Sagu, Sagu Telur, Sagu Lemak, Kue dan Sampolet Sagu di Sungai Tohor di Pulau Tebing tinggi di Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti.
Meranti merupakan pulau kecil bergambut yang berhadapan dengan Selat Malaka.
Pak Abdul Manan, SE Warga Jalan Sentosa Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Beliu adalah salah satu Nominator Penerima Penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup RI.  Abdul Manan aktif menyelamatkan lingkungan lahan gambut yang berada didesanya Sungai Tohor dengan cara mendorong masyarakat melestarikan lahan gambut, dengan cara mempertahankannya dari kekeringan sehingga fungsi gambut yang cocok dengan tanaman sagu yang menjadi salah satu komoditas perkebunan Sagu masyarakat tetap lestari.
Berbagai usaha telah dilakukan Cik Manan, begitu panggilannya, dan sayapun ikut memanggilnya Cik, beliau memulai pekerjaannya dari melakukan sosialisasi guna mendorong masyarakat untuk mempertahankan lahan Gambut agar tidak terjadi kekeringan, dengan membangun sekat kanal yang tepat, hingga melakukan penanaman Mangrove untuk menjaga bibir pantai dari hantaman Abrasi yang selama ini menjadi masalah dikawasan bibir pantai Meranti. Dan saya ditunjukkan langsung oleh beliau bentuk bentuk dari sekat kanal.
Roro, Kapal yang membawa kami
ke Sungai Tohor
Saya sendiri berangkat ke Sungai Tohor direkomendasikan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), dan sangat terbantu oleh teman teman di Walhi Riau.
Selama lima hari, empat malam, kami (saya, Nurmin, Cik Manan, Istrinya dan adiknya dan keluarga besar Cik Manan) terus berdiskusi, belajar bekerja, istirahat, terawih di rumah dan mencicipi pada saat berbuka serta sahur dengan mie sagu serta berbagai olahan dari sagu yang disuguhkan Cik Lili istri Cik Manan. Amboi Masakan Melayu itu memang selalu istimewa.
Cik Manan meyakini dengan menjaga kelestarian lingkungan sebagai kearifan lokal turut berimbas pada meningkatnya ekonomi masyarakat dari sektor pertanian dan perkebunan, karena kesuburan tanah akan terjaga dan hasil perkebunan masyarakat meningkat. "Jika ingin meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya yang mengantungian hidup dari pertanian dan perkebunan tidak ada cara lain selain menjaga kearifan lokal, jika itu diabaikan maka akan munculah kemiskinan," paparnya.
Hutan Rawa dan Gambut yang lebat dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, saya melihat masih banyak kera salah satunya yang menjadi indikator bahwa keanekaragaman hayati terjaga cukup baik..
Pohon Rumbia atau Sagu  mendominasi area Sungai Tohor, masyarakat mengolah Sagu Basah untuk menunjang kehidupan ekonomi mereka. Sagu di panen di kebun Sagu milik masyarakat, berusia kurang lebih 10 tahun, ditebang, dibawa melalui jalur anak Sungai Tohor,  dinaikkan ke pekarangan Kilang Sagu, diparut dengan mesin, diputarkan dengan air untuk mendapatkan endapan sagu, baru kemudian setelah empat jam mendapatkan Sagu Basah.

Salah satu Kilang Sagu Sungai Tohor
Sungai Tohor dikunjungi banyak Tokoh
Mengenal lebih dekat dengan masyarakat Sungai Tohor yang merasa terancam dengan keberadaan perusahaan-perusahaan hutan tanam industri (HTI) yang telah menguasai lahan mereka. Perusahaan-perusahaan itu dinilai telah mengancam lahan gambut akibat sistem kanalisasi yang membuat gambut kering dan mudah terbakar. Hal itu turut berdampak pada menurunnya produksi sagu rakyat yang ramah gambut.Cik Manan pada 26 November 2014 membawa Presiden Joko Widodo melihat bendungan yang dibuat masyarakat secara swadaya, saat ini baru ada dua dari sepuluh dam sepanjang 2 kilometer yang akan dibangun untuk menghambat laju air gambut agar tidak terbuang ke laut akibat kanalisasi oleh perusahaan.  Sistem kanalisasi yang dibuat oleh perusahaan di desa tersebut membuat air gambut banyak terbuang ke laut. Akibatnya, gambut akan mengering dan mudah terbakar serta dapat menghambat pertumbuhan kebun sagu rakyat yang dinilai lebih bersahabat dengan gambut. Bendungan, ujar dia, perlu dibangun agar gambut terus tergenang air.
Sebelumnya Pada Januari 2014 diadakan Festival sagu yang dikemas dalam pagelaran pesta rakyat dalam rangka HUT Ke-5 Kabupaten Kepulaun Meranti dan HUT Ke-3 Kecamatan Tebing Tinggi Timur berlansung sangguh meriah dan spektakuler bersama Komunitas Pecinta Lingkungan dan Artis tenar Indonesia. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau dan Nasional ikut mengambil andil dengan membawa lansung 2 (dua) personil Padi Band yakni Fadli (Vokalis) dan Rindra (Basis), Iksan Skuter dan Yosep. Pada bulan Juni, Melanie Subono, datang pula untuk festival kelola rakyat WALHI.
Dermaga Sungai Tohor

Menyusuri Kepulauan Meranti
Pada 31 Mei 2017, mulai melakukan perjalanan cukup panjang, bersama Nurmin Dewo salah satu santri sekaligus Guru Agro Ekologi Pesantren Ath Thaariq Garut, jam 6 pagi berangkat menuju bandara Husain Sastranegara Bandung untuk terbang ke Pekan Baru.
Pada jam 14.00 landing, langsung ke Hotel Evo di jalan Sudirman atas rekomendasi Rio Susanto, Staff Walhi Riau. Istirahat sejenak
Rumah Rumah dengan Lahan
Pekarangan yang Luas di Sungai Tohor
Kami menuju Tanjung Buton, agar tidak terlalu sore datang ke Sungai Tohor, kami berangkat sekira jam 08 pagi dari Hotel, diperkirakan jam 13. sampai di Pelabuhan Tanjung Buton.
Pelabuhan Tanjung Buton sebenarnya nama pelabuhan kedua di Riau. Pelabuhan itu diapit oleh pesisir timur Pulau Sumatera dengan selat Pulau Padang di Kabupaten Meranti, Riau. Pelabuhan Tanjung Buton ada di Kecamatan Sungai Apit,Kabupaten Siak, menuju kesana pada waktu itu ruas jalannya masih sangat mengkhawatirkan, luas, lebar, namun berlubang. Tapi tenang, jalanan cukup leluasa, tidak banyak kendaraan, masih nyaman untuk dilalui.
pelabuhan ini terbilang ramai dan menjadi jalur utama bagi moda transportasi laut untuk bepergian ke daerah kepulauan.
Di pelabuhan ini terdapat moda transportasi penyeberangan Roro menuju daerah-daerah di Kepulauan Riau hingga Kota Batam. Selain itu juga terdapat kapal Fery serta beragam moda transportasi laut menuju daerah-daerah jauh lainnya di sekitar Riau pesisiran. Saya dan Nurmin menaiki Roro. 
Bangkai Kapal di Bibir Pantai Tanjung Samak
Roro adalah kapal kecil tiga kali dari Fery. Kursinya tidak lebih dari 20 buah, sayang saya tidak menghitungnya kursinya. Awak kapalnya ada lima orang. 2 orang penjaga karcis, satu orang rider, satu orang asisten rider dan satu orang pengurus barang barang.
Jaraknya dari Kota Pekanbaru mencapai 140 kilometer dan 112 mil menuju perairan internasional Selat Malaka.
Berikut adalah Itenerary yang saya susun untuk kawan kawan jika ingin berkunjung ke Cik Manan dan Cik Lili di Sungai Tohor
Perjalanan 31 Mei – 5 Juni 2017
Pesawat           : Bandara International Husen Sastra Negara Bandung – Pekan Baru (Rp. 650.000 berubah ubah)
Travel Avanza : Pekan Baru – Tanjung Buton (Rp. 100.000,-)
Ferry Kecil      : Dermaga Tanjung Buton – Dermaga Sungai Tohor Kiri (Kecamatan Tebing Tinggi Timur). Rp. 120.000,-
Motor              : Dermaga Sungai Tohor Kiri – Dermaga Tanjung Sari 
Pongpong        : Dermaga Tanjung Sari – Dermaga Tanjung Samak Kabupaten Rangsang (Rp.10.000)
Ferry Besar      : Dermaga Tanjung Samak Kabupaten Rangsang – Pelabuhan Ferry Sekupang Batam Kepulauan Riau (Rp.120.000,-)
Taksi                : Pelabuhan Ferry Sekupang Batam Kepulauan Riau – Bandara International Hang Nadim Batam (Rp. 190.000,-)

Pesawat           : Bandara International Hang Nadim Batam – Bandara International Husen Sastra Negara Bandung (Rp. 750.000)

Akhirnya, saya bertemu Paman saya, Papap Adam, dijemput dengan kebahagiaan di Terminal Sekupang

Duduk di sebelah kiri Kapal Fery, bersebrangan dengan kami  Kota Singapura

Seumur umur naik Fery, ini Eksekutif banget, dear Cinta

Aku salah sepatu atau salah kostum?
Didalam kapal Fery Dumai dari Tanjung Samak menuju Pelabuhan Batam







Tidak ada komentar:

Posting Komentar