Minggu, 07 Juli 2013
Islam dan Pandangan Hidup
Islam dan Pandangan hidup
Islam yang tampil kembali setelah manusia menempatkan dirinya seperti Tuhan (masa jahiliyah). dan upaya demontrasi itu dilakukan oleh kaum borjuasi Quraist. Mereka kaum penindas merendahkan martabat manusia yang telah Tuhan ciptakan dengan kesempurnaan-Nya. Dimasa itu manusia dengan kelebihan alat produksi, jaringan, klas social, kekuaasaan politik menjadi tuhan bagi semua warga para budak. Kaum tertindas adalah kaum yang hidup dilapisan yang terendah (recehan).mereka para budak tak memiliki harkat dan kehormatan.hanya klas bangsawan yang berhak hidup “bebas”. Hanya tetesan sang dewa yang berhak berkuasa dan menguasai kemanusiaan beserta alat produksi. Sementara dewa hanya menetes bagi kaum yang terhormat. Kaum itu terdiri dari para bangsawan, para borjuasi, para pemodal dan penguasa.
Tentu membiarkan penindasan, penghianatan, eksploitasi, ketidak adilan itu merupakan malapetaka besar dalam kemanusiaan dalam upaya mengangkat manusia sebagai pusat penciptaan Tuhan. Tapi upaya yang serius mengembalikan fitrah manusia sebagai abid Tuhan mengalami persoalan yang panjang dan genting . Sulit mengungkap keyakinan yang di turunkan bapak para nabi (ibrahim). Bila cahaya yang diwariskan dibantai,dipadamkan bahkan berbagai upaya penghancuran di persiapkan. Jadilah alam jahiliyah menyelimuti manusia. Dan penghisapan itu memakan waktu yang panjang. Dan penindasan terasa oleh kaum kuli (rakyat kecil) mereka hanya hidup demi nafsunya kaum penindas. Dan keuntungan yang diperoleh atas waktu pengabdiannya tak ada selain perlakukan seperti binatang.
Bangsa arab adalah anak-anak ismail as yang mewarisi millah dan minhaj yang dibawa bapak mereka yang menyerukan tauhidi ‘l-lah, beribadah kepada-Nya, mematuhi hukum-hukum-Nya, mengagungkan tempat-tempat suci-Nya, khusus baitul ‘l-haram, menghormati syi’ar-syi’ar-Nya dan memtertahankannnya hancur. Dan Amr bin Luhayyi bin Qam’ah yang di ceritakan oleh baginda Rasulullah saw. Ibnu ishaq meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits at- tamimy: shalih as-saman menceritakan kepadanya, bahwa ia pernah mendengar abu hurairah berkata: Aku pernah mendengar rasulullah saw bersabda kepada aktsan bin Jun al-Khuzai,” wahai Aksan, aku pernah melihat Amr bin Luhayyi bin Qam’ah bin Khandaf ditarik usus-ususnya ke dalam neraka.Aku tidak melihat seorangpun mirip (wajahnya) dengannnya kecuali kamu.” Lalu Aksam berkata,: apakah kemiripan rupa tersebut akan membahayakan aku, ya Raulullah?” rasulullah menjawab,”tidak, sebab kamu mu’min, sedang dia kafir. Sesungguhnya dia adalah orang yang pertama kali mengubah agama isma’il as. Kemudian membuat patung-patung, emmotong telinga binatang untuk dipersembahkan kepada taghut-taghut, menyembelih binatang untuk tuhan-tuhan mereka, membiarkan unta untuk sesembahan. Demikianlah kemusrikan telah tersebar dan meinggalkan aqidah tauhid
Namun penantian itu akhirnya mulai terbuka melalui Nabi terakhir Muhammad Rasulullah saw (Q.S al-Jumu’ah:2), namun melahirkan perlawanan yang dahsat dari para pemelihara penghisapan manusia. Padahal Islam melalui Nabi-Nya berjuang mengembalikan yang berujung pada upaya menempatkan kembali ajaran agama para nabi sebelumnya menuju ketahuidan. selain sebagai ajaran politik dan moral untuk pembebasan penghisapan dan perbudakan,
Sabda nabi saw : artinya “perumpamaan aku dengan nabi sebelumku ialah seperti seorang lelaki yang membangun sebuah bangunan, kemudian ia memperindah dan mempercantik bangunan tersebut, kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang yang mengitarinya, mereka kagum dan berkata ,” amboi jika batu-batu ini diletakan?” Aklah batu-batu itu, dan aku adalah penutup para nabi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Akan tetapi sebagai ajaran tauhid untuk menghapuskan ketidakadilan dan penghisapan manusia atas manusia melahirkan pembangkangan dari para lawan dan umatnya. Perjuangan islam menjadi perjuangan peradaban atau kebudayaan baru di masa peradaban manusia menghendaki pembusukan manusia dan Tuhan. Di titik ini melalui Al-Qur’an menempatkan agama sebagai pandangan hidup semua golongan masyarakat, tanpa kecuali menciptakan apa yang di sebut “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”, yakni suatu masyarakat tanpa adanya struktur klas, masyarakat egaliter. Masyarakat tanpa stuctural dominasi (dominasi struktural) yang kemudian melahirkan stuctural violence (kekerasan sturuktural).Karena melalui ruang agama, demokrasi yang ada, semua orang, siapapun, menurutnya pada akhirnya memahami bahwa agama itu adalah ajaran ilahiyah yang menghormati martabat manusia orang per orang, dan memperjuangkan emansipasi dan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia (rahmatan lila’lamin)
Islam menjelaskan pandangan ideologis baru tersebut serta konsekuensi bila manusia melakukan penolakan. Dan Islam ‘meskipun lahir di dunia timur mulanya hanya merupakan gerakan individu, sekarang golongan-golongan yang lain di dalam masyarakat, yang kehilangan kepercayaannya pada masyarakat jahiliyah, menjadi bagian yang ikut menyakininya. Namun jawaban Islam sebagai upaya pemusnahan ekploitasi, perbudakan, pembebasan, penjajahan manusia vs manusia belum memberikan jawaban yang menentramkan. Padahal islam adalah pula jawaban untuk semua orang yang tidak menyetujui penghisapan manusia atas manusia, serta jawaban untuk semua orang yang menghendaki bahwa pergaulan kemanusiaan didasarkan atas persatuan kerjasama serta keadilan sosial.]
Perkembangan Kapitalisme masa iliyah
Agama Islam ambruk tanpa daya, diikuti pula oleh runtuhnya ketauhidan, akhlak, politik, budaya dan ekonomi (masa Jahiliyah). Tentu ini di klaim oleh kaum borjuasi musyrikin Quraisy bukti keunggulan kapitalisme melalui para kaum borjuasi kaum pemuka Quraisy, bahkan sejumlah pihak menganggap keruntuhan kekuatan millah Ibrahim dan bagi kaum pembebasan ini merupakan bukti bahwa makna agama dengan sistem totaliter kediktatoran kaum borjuasi oleh kaum Quraisy samasekali bertentangan dengan tujuan dan nilai fundamental sosialisme: keadilan, kebebasan, demokrasi/kerakyatan, kemanusiaan dan millah ibrahim. Dengan demikian, sumber gagasan agama kehilangan basis empirisnya, membuktikan keabsahan membebaskan penindasan dan penghisapan oleh manusia.
Walau pun sebenarnya, jauh sebelum agama itu runtuh, Ibrahim membangun sebuah masyarakat yang harmonis tanpa penghiapan
Selain itu mereka mendukung hak kebebasan berbicara bagi semua warga pada waktu itu.
Perkembangan kapitalis kontemporer
Namun, sistem kapitalisme pun menghadapi krisis yang tak kurang parahnya, bila kita melihat pada perkembangan sistem kapitalisme global yang ditandai bukan hanya oleh perdagangan bebas tetapi lebih spesifik lagi oleh perpindahan bebas dari modal (free movement of capital), tanpa ada satupun lembaga internasional yang efektif mengawasi maupun memprediksi perpindahannya agar tidak merugikan negara yang disinggahinya. Lembaga-lembaga Bretton Woods seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank beserta lembaga keuangan regional lainnya gagal menghadapi perpindahan bebas arus modal utamanya berupa pertumbuhan spektakular aliran dana jangka pendek (short term financial flows). Kata Soros, ‘IMF programs have not been successful in the current global financial crisis; its mission and its methods of operation need to be reconsidered. I believe additional institutions may be necessary.’[34]
Perpindahan bebas dari modal (free movement of capital) ini bekerja sangat efektif mirip sistem sirkulasi raksasa, yang menyedot modal uang dari lembaga dan pasar uang di negara kapitalis utama, lalu menyemburkannya ke negara kapitalis pinggiran secara langsung dalam bentuk hutang atau investasi portofolio, maupun tak langsung melalui MNC/TNC. Melalui globalisasi sistem keuangan ini misalnya, kapitalisme global mengakumulasi modal uang (finance capital) dalam skala waktu jangka pendek (very short terms), hampir 90% modal uang yang diinvestasikan hanya diinvestasikan dalam jangka waktu kurang dari satu minggu.[35] Akibatnya, terjadi asimetri dalam pertukaran uang dan jasa, ketidakstabilan dalam pasar uang internasional, selain hubungan yang timpang antara negara kapitalis pusat dan pinggiran. Dalam pandangan George Soros masalah ini semakin parah karena perkembangan masyarakat global tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi global. Lebih jauh lagi Soros menilainya dalam The Crisis of Global Capitalism:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar