![]() |
Semua ditanam di Pesantren Kebon Sawah |
BEKONG & TERONG LOKAL MANIS
Oleh : Dinar Tri Wulandari (14 tahun)
Tugas kami yang pertama di Pesantren Ath Thaariq
adalah, bersama - sama membuat “bekong”, mengisinya dengan tanah, dan benih.
Bekong adalah
kantong untuk pembbibitan yang terbuat dari daun pisang, lebarnya 5 cm di buat
lingkaran sebesar 3 jari dan ditusuk pakai lidi. Benih ditanam dalam bekong,
sampai diatumbuh menjadi bibit yang siap ditanam.
Setelah menyiapkan bekong, kami harus menyiapkan tanah
dicampurkan dengan kotoran domba yang kering, dan diayak, menjadi tanah yang
sangat lembut dan gembur. Tanah itu kemudian dimasukan ke dalam bekong satu
persatu. Biasanya bekong yang dibuat bisa mencapai ratusan, diletakkan berjajar
di dalam pipa paralon persegi, tiap 1 pipa berisi 100 bekong atau lebih.
Sambil menunggu benih berdaun banyak lagi, aku
ditugaskan untuk memeliharanya, kini semua menjadi tanggungjawabku. Aku mulai
mencangkul tanah untuk menanam benih terong di lahan yang lebih luas. Tanah
saya garpu, rumput dibuang dan dicabuti sampai akar, membuat tanahnya lembut. Hampir
setiap sore saya mencangkulnya, mencampurkannya dengan kotoran domba hingga
benar-benar gembur.
Setelah lahan siap, saya memindahkan benih terong.
Memindahkannya pada sore hari, setelah pulang sekolah dan pulang mengaji.
Memilih sore hari supaya benih yang baru dipindahkan tidak kepanasan. Esok
harinya, saya melindungi benihnya dengan gedebog cau (pisang), satu persatu,
tiap sore saya menyiramnya. Selanjutnya, tiap hari minggu kebun terong
dibersihkan dan disiangi rumputnya.
Genap sudah lima
bulan lamanya. Pohon terongnya cukup tinggi hampir mencapai 45 cm,
daunnya lebar – lebar sekali dan terus berbunga, warnanya ungu, berbuah lebat
dan besar-besar. Rasa buahnya manis dan renyah sekali. Untuk kali ini saya
belum menemukan penyakit di tumbuhan terong, semuanya tumbuh dengan baik,
mungkin karena bibitnya local, sehingga cocok dengan cuaca dilingkungannya. Itulah
asyiknya benih local.
Hampir tiga hari sekali kami memanen terong. Seluruh penghuni Pesantren Ath Thaariq bisa mencicipi
masakan terong bumbu manis hasil pertanianku.
Kini aku harus membenihkannya, kata Ummi Nissa -pemimpin
pesantren kami, benih yang baik itu harus mulus, bersih dan warnanya penuh. Saya sudah memilihnya, ada tiga buah terong yang akan saya jadikan benih, sampai saat ini
tidak dipetik, dibiarkan menua saja di pohonnya. Semoga besok hari aku bisa
mengembangkannya lebih besar lagi dengan benih terong organik yang telah aku
pilih .
Saya
sangat bangga menanam terong, semua orang di pesantren bisa merasakan
tanamanku.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar