![]() |
Pendekatan Belajar di Pesantren Kebon Sawah. Alam adalah Kelasku. |
THE CREATIVITY YOUNG CAN BE ANYWHERE
Oleh : Rizqia Nur Utami[1]
Gudang anak-anak kreatif identik dengan daerah perkotaan yang lengkap dengan sarana dan prasarana serba ada. Anak-anak kreatif juga identik dengan anak cupu yang sukanya baca buku tebal di perpustakaan atau pojokan sekolah. Walaupun cupu, tak sedikit dari mereka yang berhasil menciptakan sesuatu untuk lingkungannya. Faktanya, hanya sedikit anak-anak super keren yang mau susah-susah menyumbang tenaga dan ide mereka untuk menciptakan sesuatu. Anak-anak seperti ini biasanya hanya sibuk dengan uang dari orang tua mereka. Secara di jaman anak muda pergi karaoke dan dugem sekarang ini, masih adakah yang peduli pada alam dan pendidikan di lingkungannya? Mungkin ada, tapi sedikit.
Anak muda kreatif dan peduli lingkungan memang tidak keren, tapi super duper keren pake abiiiis !!! hehehe…
Dan hal itu pula yang disadari oleh para people young di Sekolah Kebon Sawah At-Tariq Garut. Sedikit, bukan berarti tidak ada kan temen-temen, buktinya adalah para people young yang masih bisa berkreatifitas walaupun di daerah yang tak begitu dominan. Para people young yang berperan sebagai staf pengajar sukarela di sekolah yang berbasis pada alam At-Tariq Garut ini berhasil membuat Creativity menjadi sangat mudah dan tak harus mahal.
Sedikit membahas tentang sekolah alam ini, sekolah kebon sawah At-Tariq merupakan sekolah berbasis alam yang terletak tak jauh dari pusat pemerintahan di Garut Jawa Barat. Dengan berbekal kepedulian terhadap lingkungan sekitar, pendidikan dan kekayaan alam yang membentang luas di daerah ini, para people young yang di pimpin oleh seorang perempuan berdedikasi tinggi terhadap lingkungan dan pendidikan anak dari usia dini, berinisiatif untuk mendirikan sekolah yang sebisa mungkin free of a payment. Bagaimana caranya agar anak tetap bisa pintar dengan materi alam seadanya dan tak perlu membingungkan mereka dalam pembayaran, akhirnya didirikanlah Sekolah Kebon Sawah At-Tariq ini.
Sedikit narsis memang, karena saya termasuk ke dalam the people young di sekolah kebon sawah ini, hihihi… Baru beberapa bulan saya bergabung di sekolah ini, tapi kehangatan para awak sekolah menjadikan saya tak sungkan dan merasa tak asing disini. Karakter cinta pada alam yang ditanamkan di sekolah ini menjadikan para awak sekolahnya selalu down to earth dan selalu menjaga rasa persaudaraannya. Saya bisa menjadi diri sendiri, kadang menjadi seperti anak-anak dan bahkan saya bisa menjadi dewasa seperti ibu dari anak didik saya.
Sebagai staf pengajar, saya dan teman-teman saya di tuntut untuk selalu kreatif, inovatif di setiap proses belajar mengajar. Eits, dan perlu di garis bawahi bahwa kami tidak cupu juga tidak kutu buku lho !!! Awalnya saya fikir ini akan menjadi usaha yang sangat sulit mengingat sarana yang seadanya dan mengandalkan barang-barang bekas yang ada disekitar. Tapi kesulitan ini akhirnya terjawab sudah. Terbukti dengan selalu adanya buah tangan yang kami hasilkan setiap hari. Walaupun kreatif itu tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang berwujud, tapi saya akan menyebutkan sebagian dari hasil kreatifitas kami dan anak-anak didik kami serta pemanfaatan essensi dari pembelajaran yang tersirat seperti berikut:
Mulai dari sayuran dan buah-buahan yang kami tanam sendiri dan tentu saja tanaman ini bisa kami jual untuk menunjukan kepada anak didik kami bahwa untuk mendapatkan uang mereka haruslah bersusah payah terlebih dahulu. Dengan ini diharapkan mereka menjadi anak-anak yang menghargai uang, waktu serta usaha dari orang tua mereka apapun bentuknya.
Kemudian kami juga dapat membuat karya dari bahan alam yang tak harus membeli, seperti pembuatan gambar dari daun-daun yang sudah kering atau sengaja di keringkan. Selain bahannya yang ramah lingkungan, kita juga dapat mengajarkan pada anak bahwa alam dapat berperan dalam kreatifitas mereka.
Selanjutnya pembuatan barang dari bahan-bahan bekas, seperti pembuatan tas atau tempat pinsil dari kardus bekas, pembuatan kerajinan dari botol-botol bekas, bahkan seni menempel atau melipat kertas dapat kita ajarkan juga dengan bahan-bahan bekas. Dari sini kita dapat menanamkan pada anak bahwa segala sesuatu yang sudah di buang atau tidak terpakai lagi oleh seseorang, belum tentu tidak berguna bagi orang-orang lainnya, contohnya barang-barang yang tak terpakai tersebut masih bisa mereka manfaatkan menjadi sesuatu yang berguna. Dari sini diharapkan anak akan lebih menghargai apa yang mereka punya, karena mereka tahu sekecil apapun sesuatu yang mereka anggap tidak berguna, mungkin bisa menjadi sesuatu untuk orang lain.
Adalagi pembuatan gambar dari bubuk kayu yang di tempel untuk kemudian di warnai. Dari sini anak didik dapat berpikir bahwa untuk kreatif tidak harus mahal. Untuk menjadi kreatif juga tidak harus di tempat-tempat tertentu, dan menjadi kreatif adalah hak bagi semua orang.
Selain pembuatan barang-barang kerajinan, disini kami para people young sebagai pengajar tak kesulitan untuk memberikan materi ajar bagi anak-anak. Karena semua yang kami perlukan telah tersedia di sekitar kami.
Seperti misalnya ketika saya akan mengajarkan warna dan rasa pada anak didik saya. Saya hanya perlu mengajak mereka keluar dan memperlihatkan tanaman-tanaman yang berhubungan dengan materi tersebut. Misalnya untuk memberi tahu rasa manis, saya mengajak mereka mencoba pohon tebu. Selain mencicipi rasanya, mereka juga dapat menyebutkan warna, bentuknya serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memberitahu rasa hambar, saya mengajak mereka mencicipi kunyit, mereka juga dapat mengetahui warna, bentuk serta kegunaannya. Begitu pula untuk rasa dan warna-warna lain saya hanya perlu mengajak mereka berjalan-jalan. Selain mereka menjadi serba tahu, mereka juga menjadi tak jenuh untuk belajar di ruangan tertutup secara terus menerus.
Selain hal-hal yang telah disebutkan, kreatifitas juga membawa kami untuk melestarikan apa yang menjadi kebiasaan para orang tua dahulu, yaitu permainan dan nyanyian-nyanyian tradisional. Setiap hari bernyanyi dan bermain permainan tradisional menjadi keharusan di sekolah kami. Pemupukan jiwa pemimpin dan mental juara juga tak lupa kami tanamkan melalui keberanian dalam memimpin barisan serta memberi pengertian bahwa dalam permainan persoalan menang atau kalah itu hal yang sudah biasa, Tidak lupa kami juga mengajarkan nyanyian kebangsaan dan materi keagamaan agar anak lebih bisa mengkaitkan antara alam semesta dengan penciptanya.
Masih banyak hal-hal luar biasa yang dapat dilakukan oleh kreatifitas yang saya temukan di sekolah ini. Semua bisa terjadi bahkan ketika hanya ada sesuatu yang sudah tak terpakai lagi. Intinya adalah bahwa kretifitas bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Saya senang bisa menjadi bagian dari sekolah ini, sekolah ini memberikan saya arti dari pendidikan, perubahan dari sebuah kreatifitas.
Jujur, saya tidak bisa mengajar dengan menjiplak dari aturan pembelajaran yang monoton dan dengan step by step yang sistematis. Saya pikir mengajar tidak harus selalu mengikuti aturan, butuh sedikit kreatifitas untuk mengubah dunia. Sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan, yang terpenting adalah essensi bukan seberapa mahal dan canggih media yang harus digunakan. Kemudian saya berpikir, untuk menjadi kreatif tidaklah harus di apresiasi secara simbolik, tetapi cukup hanya dengan melihat kebahagiaan yang tersirat dari wajah orang yang hidupnya berubah dengan kreatifitas kita, itu sudah merupakan hal yang tak terkira berharganya.
Kreatifitas tak selalu terlihat oleh mata setiap orang, kadang orang yang tidak tahu betapa sulitnya menciptakan sesuatu tidak akan bisa memberikan apresiasi terhadap karya orang lain.
So, keep going on. Jangan pikirkan orang yang tak suka kepadamu, kecuali itu untuk kebutuhan motivasimu.
Banyak orang muda lain yang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang hanya demi kepuasan diri mereka sendiri, jangan hiraukan dan jadikanlah kamu kebalikan dari mereka. Berkontribusilah ciptakan apa yang ada di benakmu saat itu juga. Sekolah kebon sawah dan pengalaman mengajar saya dan para people young lain semoga dapat menjadi inspirasi.
Ketika kita menemukan celah kecil untuk berkreasi di satu sisi, coba berputarlah dan cari celah yang lebih besar di sisi lain.
Tak perlu menjadi konsumtif untuk menjadi produktif, karena untuk produktif kita hanya perlu kreatif.
[1] Pengajar di Sekolah Pagi Kebon Sawah Pesantren Ath Thaariq Garut, Mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqom – STAIDA Garut, Semester 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar