Oleh : Ibang Lukmanurdin
“Rekrutmen CPNSD hanya menghambur-hambur anggaran
rakyat, namun hasilnya hanyalah bayi-bayi birokrat yang haram “, begitulah
bunyi spanduk pada pertemuan lanjutan antara Aliansi Peduli Garut dengan pihak
birokrasi.
Pertemuan itu dihadiri oleh para Pejabat Garut
diantaranya Bupati, Wakil Bupati, ketua Dewan, beserta perangkat lainnya.
Sebelum pertemuan itu, beberapa aksi pun digelar oleh elemen mahasiswa,. Tentu
tindakan itupun dipilih dengan kecerdasan dan kesadaran politik yang besar
tumbuh dikalangan mahasiswa. Bahkan bisa jadi aksi itu digelar untuk memberikan
jawaban atas kegalauan yang seringkali muncul dikalangan kaum mahasiswa.
Rupanya tak hanya disitu, kini persoalan ketauladan
yang mencidrai amanat rakyat. Namun seperti biasa gelombang aksi yang
mengakibatkan kekerasan yang luar biasa dialami oleh aktivis Gerakan Garut
Menggugat (G3) tak ada penyelesaian hukum yang adil, kini terulang
kembali ketika kepercayaan rakyat dihianati oleh Legislatif dengan
putusan yang sama. Padahal gugatan suara hati rakyat pada penguasa
eksekutif dapat menyembuhkan luka itu. Namun rakyat melihat bahwa konspirasi
destruktif itu telah terorganisir dengan luar biasa. Rakyat berkali-kali harus
jadi korban. Taklah berlebihan bila ke depan rakyat akan mempertimbangkan
kembali agenda politiknya dan pilihan politiknya.
Rasa keadilan itu telah tercabik,tertampar dan
terpinggirkan. Tentu sulit dipungkiri bila public seolah semakin mendapat
penegasan bahwa dinegeri kita uang,kekuasaan, adalah segalanya. Semuanya bisa
dibeli dengan uang dan kekuasaan, termasuk keadilan, regulasi dan kebenaran.
Padahal hingga hari ini, Kabupaten yang mendapat julukan yang terkenal sebagai kota intan, .masuk
kategori kabupaten tertinggal seperti diungkapkan
Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Saefullah Yusuf waktu itu,
terdapat dua kabupaten tertinggal yaitu Kabupaten Garut dan Sukabumi. Tak
lah berlebihan bila warga garut mengalami krisis kepercayaan yang luar biasa
terhadap sentral-sentral kekuasaan (legislatif, eksekutif dan yudikatif)
Padahal warga Negara adalah alasan keberadaan Negara
(Gismar :2009) Sehingga tentu paradigma pengelolaan negarapun harus berpusat
pada warga Negara. Bukan pada kaum penguasa,pasar dan modal. Apalagi demi
kepentingan kaum elit atau kaum status qua. Konstitusi negarapun dibangun
seluruhnya untuk kepentingan warga Negara. Sehingga sangat sulit diterima bila
penyelenggara Negara, hanya berkuasa untuk dirinya semata. Tak lah berlebihan
bila di kabupaten garut tercipta system pemerintahan oligarki.
Sehingga tentu lahirnya gerakan-gerakan yang memiliki
kepedulian social menjadi poin penting mengawal kondisi pemerintahan transisi
yang sering menjadi arena pertarungan kaum menengah dan pasar. Pertemuan demi
pertemuan pun dilakukan untuk mengawal menuju system pemerintahan Garut yang
lebih baik. Tak lupun pertemuan lanjutan antara Aliansi Peduli Garut
dengan eksekutif dan legislative digelar, tepatnya tanggal 17 januari
2011.Di tempat lain dalam waktu yang berbeda tepatnya di Gedung
Balai Pamington diadakan acara Refleksi dua tahun Kinerja Pemerintahan
Kabupaten Garut. Di pertemuan itu tentu hadir para pemerhati soaial, akademisi,
tokoh masyarakat, NGO. Dan seperti biasa memang pertemuan itu sepertinya hanya
diperuntukan bagi kalangan “tertentu”. Namun tentu pertemuan itu digagas hendak
menelusuri bagaimana Kinerja Pemerintahan Kabupaten Garut setelah dua tahun.
Dipertemuan itu juga dihadiri oleh Bupati dan wakil bupati. Menurut penulis
memang sulit dipungkiri, beberapa persoalan yang hingga kini tumbuh.
Diantaranya :pertama,Rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian
besar berketerampilan rendah . kedua, Meningkatnya konversi lahan pertanian subur beririgasi teknis bagi
peruntukan lain . ketiga,Lemahnya
kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat . keempat,Lemahnya kordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan pedesaan. Kelima,Ketimpangan
struktur agraria, keenam, pelayanan public yang buruk, ketujuh,KKN,
kedelapan Kemiskinan. Dan tentu potret suram ini bukanlah rahasia
baru. Ia telah hidup bahkan bisa jadi dihidupkan akibat pilihan tindakan
politik yang kurang tepat atau keliru selama berkuasa akibat terjebat dengan
agenda kepentingan indivual dan pasar.
Potret Reformasi
Tentu potret suram penyelengaraan pemerintah ini
adalah sebuah tamparan, bisa jadi rapot merah dari rakyat. Karena di masa
sebelum berkuasa janji akan menghadirkan pemerintahan yang bersih, berpihak
pada rakyat, anggran yang pro rakyat,memperbaiki kinerja pemerintahan,
melakukan reformasi birokrasi, hanya tinggal kenangan. Sehingga tak salah bila
amanat reformasi hanya tinggal kenangan. Atau hanya dijadikan uang
recehan. Berbagai gerakan mahasiswa, rakyat,buruh, dan pemuda yang dalam
kontalasi social politik sangat penting bahkan jadi kekuatan sebagai
kelompok kepentingan tak lagi menjadi bacaan yang signipikan amal solehnya. Hal
ini terlihat antara lain masih bertahannya mentalitas yang buruk yang dimiliki
oleh penyelenggra Negara dari atas sampai bawah. Meskipun secara rasional dan
objektif mentalitas feodalime sudah tidak lagi relepan bila hari
ini masih diberlakukan dan dipertahankan. Padahal ke depan kita akan menghadapi
suatu kondisi yang sangat berat. Yang tidak hanya cukup membangun budaya
meratapi/mengeluh/membangun konspirasi destruktif.namun memerlukan kesiapan
mentalitas dan kematangan dalam memebaca geopolitik internasional dan
kecenderungannnya. Karena kondisi ini, Suatu kondisi yang tentu sangat berbeda
dengan sebelumnya diantaranya : pertama: korporasi-korporasi dunia
menjadi semacam Negara. Kedua :Tiap Negara-negara berkembang seperti
Indonesia dipaksa membuka pasar tanpa batas. Ketiga: mengintegrasikan
ekonomi mereka dalam satu ekonomi global tunggal (neoliberalisme) keempat :
reformasi structural yakni menggusur peran Negara dan mengantikannya dengan
lembaga swasta. Kelima : melepaskan kekuatan ekonomi dari belengu
regulasi ke pasar bebas.
Tantangan yang berat ini, tak bisa dijawab dengan
mentalitas culas, baik sedikit maupun banyak. Karena akan berakibat fatal bagi
semua. Tanpa terkecuali. Apalagi mental itu terpraktikan dalam system
pemerintahan yang dictator, korup,dan eklusif. Dengan kondisi itu tentu, kita
memerlukan pemimpin yang punya idiologi. Tidak hanya menjadi penguasa. Menurut Antonio Gramsci, ideologi lebih dari sekedar sistem ide.
Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat
psikologis. Artinya ideologi ‘mengatur’ manusia dan memberikan tempat bagi
manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan
mereka dan sebagainya. Untuk itu, garut tentu perlu agenda baru yang lebih
membumi namun dapat menjawab tantangan maensrem umum. Agenda-agenda itu
diantarnya : pertama : tingkat pemerataan ekonomi, kedua:
pengetahuan dan kearampilan politik yang memadai oleh rakyat . Ketiga :
dukungan elit politik yang berpihak pada rakyat. Keempat : Tradisi rule
Of Low. Kelima : perlindungan terhadap HAM. Keenam membuka
ruang politik bagi kaum perempuan.ketujuh :semangat kemanusiaan dan
nasionalisme, kedelapan: reformasi birokrasi. Dan kesembilan:
menghentikan kapitalisasi pendidikan.
Agenda-agenda ini sangat penting
dilakukan oleh pemerintahan Garut bila kita hendak merepleksikan praktek
pembaruan . karena persoalan kedepan yang akan kita hadapi diantaranya : pertama,kekuasaan
negara bangsa semakin redup. Kedua : dimasa depan kekuatan dan kekuasaan
terletak pada pasar global. Ketiga :ekonomi yang akan membentuk
peristiwa masyarakat. Ke empat :para tokoh korporasi trannasional
memegang kekuasaan dan kepemimpinan.
Untuk itu, bila kekuasaan hanya
dibaca dan digunakan untuk kepentingan pribadi atau kaum elit atau koleganya
(main-main saja) kita tidak akan pernah maju. Kita akan tetap jadi bangsa kaum
kuli, dimana rakyatnya hanya jadi boneka kaum penguasa kaum elit dan
pasar. Bukan bangsa yang berdaulat.,Mandiri dan demokrasi. Bahkan bisa jadi
kita seperti membangun rumah pasir di pinggir pantai yang mudah hancur oleh
ombak. Semoga kita tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Namun mampu membangun masa depan ke arah yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar