Selasa, 19 Mei 2015

Refleksi Garut : Perlukah Pemimpin Baru?

Oleh : Ibang Lukmanurdin

“Rekrutmen CPNSD hanya menghambur-hambur anggaran rakyat, namun hasilnya hanyalah bayi-bayi  birokrat yang haram “, begitulah bunyi spanduk pada pertemuan lanjutan antara Aliansi Peduli Garut dengan pihak birokrasi.
Pertemuan itu dihadiri oleh para Pejabat Garut diantaranya  Bupati, Wakil Bupati, ketua Dewan, beserta perangkat lainnya. Sebelum pertemuan itu, beberapa aksi pun digelar oleh elemen mahasiswa,. Tentu tindakan itupun dipilih dengan kecerdasan dan kesadaran politik yang besar tumbuh dikalangan mahasiswa. Bahkan bisa jadi aksi itu digelar untuk memberikan jawaban atas kegalauan yang seringkali muncul dikalangan kaum mahasiswa.

Rupanya tak hanya disitu, kini persoalan ketauladan yang mencidrai amanat rakyat. Namun seperti biasa gelombang aksi yang mengakibatkan kekerasan yang luar biasa dialami oleh aktivis Gerakan Garut Menggugat (G3)  tak ada penyelesaian hukum yang adil, kini terulang kembali ketika kepercayaan rakyat dihianati oleh  Legislatif dengan putusan yang sama. Padahal   gugatan suara hati rakyat pada penguasa eksekutif dapat menyembuhkan luka itu. Namun rakyat melihat bahwa konspirasi destruktif itu telah terorganisir dengan luar biasa. Rakyat berkali-kali harus jadi korban. Taklah berlebihan bila ke depan rakyat akan mempertimbangkan kembali agenda politiknya dan pilihan politiknya.
Rasa keadilan itu telah tercabik,tertampar dan terpinggirkan. Tentu sulit dipungkiri bila public seolah semakin mendapat penegasan bahwa dinegeri kita uang,kekuasaan, adalah segalanya. Semuanya bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan, termasuk keadilan, regulasi dan kebenaran. Padahal hingga hari ini, Kabupaten yang mendapat julukan  yang terkenal sebagai kota intan, .masuk kategori kabupaten tertinggal seperti diungkapkan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Saefullah Yusuf waktu itu, terdapat dua kabupaten tertinggal yaitu Kabupaten Garut dan Sukabumi.  Tak lah berlebihan bila warga garut mengalami krisis kepercayaan yang luar biasa terhadap sentral-sentral kekuasaan (legislatif, eksekutif dan yudikatif)
Padahal warga Negara adalah alasan keberadaan Negara (Gismar :2009) Sehingga tentu paradigma pengelolaan negarapun harus berpusat pada warga Negara. Bukan pada kaum penguasa,pasar dan modal. Apalagi demi kepentingan kaum elit atau kaum status qua. Konstitusi negarapun dibangun seluruhnya untuk kepentingan warga Negara. Sehingga sangat sulit diterima bila penyelenggara Negara, hanya berkuasa untuk dirinya semata. Tak lah berlebihan bila di kabupaten garut tercipta system pemerintahan oligarki.
Sehingga tentu lahirnya gerakan-gerakan yang memiliki kepedulian social menjadi poin penting mengawal kondisi pemerintahan transisi yang sering menjadi arena pertarungan kaum menengah dan pasar. Pertemuan demi pertemuan pun dilakukan untuk mengawal menuju system pemerintahan Garut yang lebih baik. Tak lupun  pertemuan lanjutan antara Aliansi Peduli Garut dengan eksekutif dan legislative  digelar, tepatnya tanggal 17 januari 2011.Di tempat lain dalam waktu yang berbeda  tepatnya  di Gedung Balai Pamington diadakan acara Refleksi dua tahun Kinerja Pemerintahan Kabupaten Garut. Di pertemuan itu tentu hadir para pemerhati soaial, akademisi, tokoh masyarakat, NGO. Dan seperti biasa memang pertemuan itu sepertinya hanya diperuntukan bagi kalangan “tertentu”. Namun tentu pertemuan itu digagas hendak menelusuri bagaimana Kinerja Pemerintahan Kabupaten Garut setelah dua tahun. Dipertemuan itu juga dihadiri oleh Bupati dan wakil bupati. Menurut penulis memang sulit dipungkiri, beberapa persoalan yang hingga kini tumbuh. Diantaranya :pertama,Rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian besar berketerampilan rendah . kedua, Meningkatnya konversi lahan pertanian subur beririgasi teknis bagi peruntukan lain . ketiga,Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat . keempat,Lemahnya kordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan pedesaan. Kelima,Ketimpangan struktur agraria, keenam, pelayanan public yang buruk, ketujuh,KKN, kedelapan  Kemiskinan. Dan tentu potret suram ini bukanlah rahasia baru. Ia telah hidup bahkan bisa jadi dihidupkan akibat pilihan tindakan politik yang kurang tepat atau keliru selama berkuasa akibat terjebat dengan agenda kepentingan indivual dan pasar.
Potret Reformasi
Tentu potret suram penyelengaraan pemerintah ini adalah sebuah tamparan, bisa jadi rapot merah dari rakyat. Karena di masa sebelum berkuasa janji akan menghadirkan pemerintahan yang bersih, berpihak pada rakyat, anggran yang pro rakyat,memperbaiki kinerja pemerintahan, melakukan reformasi birokrasi, hanya tinggal kenangan. Sehingga tak salah bila amanat reformasi hanya tinggal kenangan.  Atau hanya dijadikan uang recehan. Berbagai gerakan mahasiswa, rakyat,buruh, dan pemuda yang dalam kontalasi social politik  sangat penting bahkan jadi kekuatan sebagai kelompok kepentingan tak lagi menjadi bacaan yang signipikan amal solehnya. Hal ini terlihat antara lain masih bertahannya mentalitas yang buruk yang dimiliki oleh penyelenggra Negara dari atas sampai bawah. Meskipun secara rasional dan objektif  mentalitas feodalime  sudah tidak lagi relepan bila hari ini masih diberlakukan dan dipertahankan. Padahal ke depan kita akan menghadapi suatu kondisi yang sangat berat. Yang tidak hanya cukup membangun budaya meratapi/mengeluh/membangun konspirasi destruktif.namun memerlukan kesiapan mentalitas dan kematangan dalam memebaca geopolitik internasional dan kecenderungannnya. Karena kondisi ini, Suatu kondisi yang tentu sangat berbeda dengan sebelumnya diantaranya : pertama: korporasi-korporasi dunia menjadi semacam Negara. Kedua :Tiap Negara-negara berkembang seperti Indonesia dipaksa membuka pasar tanpa batas. Ketiga: mengintegrasikan ekonomi mereka dalam satu ekonomi global tunggal (neoliberalisme) keempat : reformasi structural yakni menggusur peran Negara dan mengantikannya dengan lembaga swasta. Kelima : melepaskan kekuatan ekonomi dari belengu regulasi ke pasar bebas.
Tantangan yang berat ini, tak bisa dijawab dengan mentalitas culas, baik sedikit maupun banyak. Karena akan berakibat fatal bagi semua. Tanpa terkecuali. Apalagi mental itu terpraktikan dalam system pemerintahan yang dictator, korup,dan eklusif. Dengan kondisi itu tentu, kita memerlukan pemimpin yang  punya idiologi. Tidak hanya menjadi penguasa. Menurut Antonio Gramsci, ideologi lebih dari sekedar sistem ide.  Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat psikologis. Artinya ideologi ‘mengatur’ manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan mereka dan sebagainya. Untuk itu, garut tentu perlu agenda baru yang lebih membumi namun dapat menjawab tantangan maensrem umum. Agenda-agenda itu diantarnya : pertama : tingkat pemerataan ekonomi, kedua: pengetahuan dan kearampilan politik yang memadai oleh rakyat . Ketiga : dukungan elit politik yang berpihak pada rakyat. Keempat : Tradisi rule Of Low. Kelima : perlindungan terhadap HAM. Keenam  membuka ruang politik bagi kaum perempuan.ketujuh :semangat kemanusiaan dan nasionalisme, kedelapan: reformasi birokrasi. Dan kesembilan: menghentikan kapitalisasi pendidikan.
Agenda-agenda ini sangat penting dilakukan oleh pemerintahan Garut bila kita hendak merepleksikan praktek pembaruan . karena persoalan kedepan yang akan kita hadapi diantaranya : pertama,kekuasaan negara bangsa semakin redup. Kedua : dimasa depan kekuatan dan kekuasaan terletak pada pasar global. Ketiga :ekonomi yang akan membentuk peristiwa masyarakat. Ke empat :para tokoh korporasi trannasional memegang kekuasaan dan kepemimpinan.
Untuk itu, bila kekuasaan hanya dibaca dan digunakan untuk kepentingan pribadi atau kaum elit atau koleganya (main-main saja) kita tidak akan pernah maju. Kita akan tetap jadi bangsa kaum kuli, dimana rakyatnya hanya jadi boneka kaum penguasa  kaum elit dan pasar. Bukan bangsa yang berdaulat.,Mandiri dan demokrasi. Bahkan bisa jadi kita seperti membangun rumah pasir di pinggir pantai yang mudah hancur oleh ombak. Semoga kita tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Namun mampu membangun masa depan ke arah yang lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar