Sabtu, 27 Januari 2018

Bertualang Bersama ke India Utara

India Gate adalah monumen nasional India yang terletak di jantung kota New Delhi (Rajpath Marg)
Gerbang India dirancang Sir Edwin Lutyens.
Seluruh persiapan mengikuti  A – Z Agroekologi yang diselenggarakan oleh Navdanya di Dehradun Utarakhan India, telah selesai 100 persen.
Mantasa Indonesia telah sangat baik mengurus kami, mengumpulkan ide, memberikan semangat dan menerjemahkan seluruh sessi dengan sempurna.
Perjalananku dimulai dari rumahku, Pesantren Kebon Sawah Ath Thaariq Garut, diantar dua anakku Teteh dan Aa menuju Bandung. Menaiki travel bersama mereka dengan berbagai cerita yang mereka ungkapkan, sungguh sebuah perjalanan pendek yang cukup membuatku sembuh, menjadi obat untuk aku yang akan meninggalkan mereka cukup lama..
Baltos dan Braga Bandung tujuan kami yang utama, mengurus beberapa hal yang belum diurus di Garut, selesai dalam waktu yang cepat. Sebentar berjalan jalan melepas kerinduan yang akan tertahan panjang, yogurt, es krim, membeli sweater, dan makan bubur Pak Onyo di sekitar ITB.
Baru pertama ini harus meninggalkan anak anakku dalam waktu yang cukup lama, sebuah beban yang berat bagiku, yang telah membuat keputusan 8 tahun lalu, dimana aku menetapkan pilihan untuk tetap bersama mereka. Namun seiring waktu, anak – anakku mulai tumbuh, cukup kuat dan meyakinkan untuk aku tinggal beberapa minggu pada delapan tahun ini, membicarakannya dengan seluruh keluargaku dan mereka dengan rela mengijinkan, utama anakku, ibuku dan suamiku.
Mereka menangis, aku menguatkannya, berpisah adalah keputusannya, dan pelukan adalah penguatnya. Sadar tidak boleh memunggungi mereka, kuantar mereka lebih dulu naik travel, aku memandanginya dan merekapun pergi.
Jumat. 28 Agustus 2015, sendiri menuju hotel  Bandara Internasional  Soekarno Hatta, untuk menginap satu malam, jam 20.00 tiba, istirahat tidur untuk bersiap terbang  keesokannya ke Kuala Lumpur.
Sabtu, 29 Agustus, usai sarapan jam 09.00 dan shuttle yang telah disiapkan hotel, membawaku bergabung bersama dua kawan, ini untuk kedua kali aku bertemu mereka sejak pengurusan Visa kami di Embassy India, Annie dan Joharipin. Dua sosok gigih dalam mengembangkan potensi lokal, Anie Jurnalis Pegawai Negeri Sipil  khusus  jagung dari Gorontalo  dan Pak Joharipin,  adalah Guru sekaligus Kepala Sekolah Lapang/Pelatih Petani untuk Pemuliaan Padi dari Indramayu.
Penerbangan kami  11.25 WIB, sampai di Kuala Lumpur  Airport Internasional di Terminal baru dengan kode KLIA1 .  Kami juga harus sesegera mungkin mencari tahu lokasi keberangkatan kami ke New Delhi di Terminal lama dengan kode KLIA/KUL. Bersyukur jaraknya sangat dekat, hanya memakai kereta cepat ke Terminal Lama, 5 menit saja jarak tempuhnya.
Semalam kami menginap di hotel dekat sekali dengan Terminal KLIA1, berjarak beberapa meter, hotel ini luar biasa istimewa, disediakan jalan khusus tembus langsung dari dan ke bandara, namanya TUNE Hotels.
Keesokan akhirnya berkumpul, senang luar biasa menemukan teman dari berbagai daerah, teman lama dan teman baru. Geng Mantasa kali ini aku menyebutnya, karena kami memang rombongan dibawah koordinasi Mantasa.
Cepat sekali memutuskan untuk segera cek in, karena penumpang begitu banyak, mengular. Begitupun kami, satu rombongan cukup besar, 11 orang untuk satu buah kegiatan, dari satu negara.
Membutuhkan waktu 5 jam diatas udara, saya  berusaha menghibur diri dengan suasana monoton. Dan akhirnya, kami landing di Bandara New Delhi “Indira Gandhi” pada malam jam 21 setempat, dan di tanah air sudah 00.00, badan kami masih belum istirahat, suasana hati kami masih di tanah air.
Istirahat satu malam di Hotel Ajanta,  di kawasan touris yang super hiruk pikuk namun tidak mengganggu tidur kami karena kamar berada di dalam dan sangat nyaman cukup luas. Kami bertiga, hanya membayar sekitar Rp. 150.000/perorang.
Masih ada waktu untuk melihat kota New Delhi sekilas, 4 jam kami berjalan jalan melihat kota yang penuh dengan desain arsitektur seni yang begitu tinggi.
Selesai, kami Istirahat kembali  untuk bersiap melakukan perjalanan ke Dehradun, daerah utara India.
Perjalanan selama 6 jam memakai kereta api di malam hari. Kami berangkat pada 23.45 setempat.
Kami terbagi dua pasukan, sepasukan perempuan semua non Hayu (di sebelah) membenahi diri sendiri, awalnya bingung, masa kami berenam harus dempetan. Ternyata ingat kalau kereta api ini beda tidak seperti kereta di Indonesia. Cukup keren dan saya sendiri tersipu melihat posisi duduk kami.
Di kereta ini tempat duduk sekaligus sebagai tempat tidur nama keretanya “sleeper”.  Posisi berjejer kiri kanan namun bertingkat menjadi tiga dipan. Satu jajar kami menjadi 6 orang, disebrang 2 orang. Dan semua dalam posisi tidur.
Lebih sangat ringkas, luas, dan India keren memperhitungkan ketinggian dipan yang satu dengan yang lain  ketika kami tidur. Tapi jangan harap dapat duduk dengan leluasa ketika orang diatas masih membentangkan dipannya, baru  Setelah selesai dilipat, kembali ke kursi paling bawah, kembali leluasa duduk.  Hebatnya juga tempat duduk ini  lebih panjang, sehingga bisa duduk sejajar bertiga. Sangat cukup, India cerdik. Juga senang dengan toilet yang cukup bersih dengan air yang mengalir deras.  India berusaha memenuhi standar internasional namun tetap dalam gayanya yang mempunyai kekhasan sendiri. Gayungnya seperti cangkir stainles besar yang dirantai panjang agar tidak hilang yang  dipakai untuk menampung air.  Tempat pembuangan memakai pipa panjang yang tinggal ditarik hingga air mengucur dengan sendirinya ke toilet. Tempat mencuci tangan pasti, dengan sabun cair tentunya. Kami mendapatkan seprei, selimut cukup besar untuk ukuran kereta kita, handuk kecil, dan ac yang luar biasa dingin, sehingga membuat saya sering terjaga, adaptasinya sulit jika melihat teman lainnya tidur dengan lelap.
Jam 5 subuh, kami sampai, bingung, kenapa enggak turun turun, sudah ada orang India yang teriak teriak “kuli dehradun, kuli dehradun”, aku tanyakan sama Mbak Hayu tapi bukan Dehradun, oh mungkin Dehradun kota selanjutnya. Aich! tiba tiba Hayu bilang, ya ini Dehradun, kebayang banget suasana jadi sedikit panik dan harus segera mengatur diri untuk turun, satu yang ku ingat Cella teriak teriak kalau sepatunya belum dipakai, dan dia sudah harus turun duluan karena ransel besarnya menghalangi jalan kami.
Semua diam dan bengong, di depan kami Vandana Shiva, haiiiiiii..... Dijemput langsung dan mari kita langsungkan saja perjalanan kita, masih harus menempuh dua jam perjalanan lagi ke Dehradun.
Selamat bertemu di tulisan yang lain.
Agustus 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar