India Gate adalah monumen nasional India yang terletak di jantung kota New Delhi (Rajpath Marg) Gerbang India dirancang Sir Edwin Lutyens. |
Mantasa Indonesia telah sangat baik mengurus kami,
mengumpulkan ide, memberikan semangat dan menerjemahkan seluruh sessi dengan
sempurna.
Perjalananku dimulai dari rumahku, Pesantren Kebon Sawah Ath
Thaariq Garut, diantar dua anakku Teteh dan Aa menuju Bandung. Menaiki travel
bersama mereka dengan berbagai cerita yang mereka ungkapkan, sungguh sebuah
perjalanan pendek yang cukup membuatku sembuh, menjadi obat untuk aku yang akan
meninggalkan mereka cukup lama..
Baltos dan Braga Bandung tujuan kami yang utama, mengurus
beberapa hal yang belum diurus di Garut, selesai dalam waktu yang cepat.
Sebentar berjalan jalan melepas kerinduan yang akan tertahan panjang, yogurt,
es krim, membeli sweater, dan makan bubur Pak Onyo di sekitar ITB.
Baru pertama ini harus meninggalkan anak anakku dalam waktu
yang cukup lama, sebuah beban yang berat bagiku, yang telah membuat keputusan 8
tahun lalu, dimana aku menetapkan pilihan untuk tetap bersama mereka. Namun
seiring waktu, anak – anakku mulai tumbuh, cukup kuat dan meyakinkan untuk aku
tinggal beberapa minggu pada delapan tahun ini, membicarakannya dengan seluruh
keluargaku dan mereka dengan rela mengijinkan, utama anakku, ibuku dan suamiku.
Mereka menangis, aku menguatkannya, berpisah adalah
keputusannya, dan pelukan adalah penguatnya. Sadar tidak boleh memunggungi
mereka, kuantar mereka lebih dulu naik travel, aku memandanginya dan merekapun
pergi.
Jumat. 28 Agustus 2015, sendiri menuju hotel Bandara Internasional Soekarno Hatta, untuk menginap satu malam,
jam 20.00 tiba, istirahat tidur untuk bersiap terbang keesokannya ke Kuala Lumpur.
Sabtu, 29 Agustus, usai sarapan jam 09.00 dan shuttle yang
telah disiapkan hotel, membawaku bergabung bersama dua kawan, ini untuk kedua
kali aku bertemu mereka sejak pengurusan Visa kami di Embassy India, Annie dan
Joharipin. Dua sosok gigih dalam mengembangkan potensi lokal, Anie Jurnalis Pegawai
Negeri Sipil khusus jagung dari Gorontalo dan Pak Joharipin, adalah Guru sekaligus Kepala Sekolah Lapang/Pelatih
Petani untuk Pemuliaan Padi dari Indramayu.
Penerbangan kami 11.25 WIB, sampai di Kuala Lumpur Airport Internasional di Terminal baru dengan
kode KLIA1 . Kami juga harus sesegera mungkin mencari tahu lokasi
keberangkatan kami ke New Delhi di Terminal lama dengan kode KLIA/KUL. Bersyukur
jaraknya sangat dekat, hanya memakai kereta cepat ke Terminal Lama, 5 menit
saja jarak tempuhnya.
Semalam kami menginap di hotel dekat sekali dengan Terminal
KLIA1, berjarak beberapa meter, hotel ini luar biasa istimewa, disediakan jalan
khusus tembus langsung dari dan ke bandara, namanya TUNE Hotels.
Keesokan akhirnya berkumpul, senang luar biasa menemukan
teman dari berbagai daerah, teman lama dan teman baru. Geng Mantasa kali ini
aku menyebutnya, karena kami memang rombongan dibawah koordinasi Mantasa.
Cepat sekali memutuskan untuk segera cek in, karena penumpang
begitu banyak, mengular. Begitupun kami, satu rombongan cukup besar, 11 orang
untuk satu buah kegiatan, dari satu negara.
Membutuhkan waktu 5 jam diatas udara, saya berusaha menghibur diri dengan suasana
monoton. Dan akhirnya, kami landing di Bandara New Delhi “Indira Gandhi” pada malam
jam 21 setempat, dan di tanah air sudah 00.00, badan kami masih belum
istirahat, suasana hati kami masih di tanah air.
Istirahat satu malam di Hotel Ajanta, di kawasan touris yang super hiruk pikuk namun tidak mengganggu tidur kami karena kamar berada di dalam dan sangat nyaman cukup luas. Kami bertiga, hanya membayar sekitar Rp. 150.000/perorang.
Istirahat satu malam di Hotel Ajanta, di kawasan touris yang super hiruk pikuk namun tidak mengganggu tidur kami karena kamar berada di dalam dan sangat nyaman cukup luas. Kami bertiga, hanya membayar sekitar Rp. 150.000/perorang.
Masih ada waktu untuk melihat kota New Delhi sekilas, 4 jam
kami berjalan jalan melihat kota yang penuh dengan desain arsitektur seni yang
begitu tinggi.
Selesai, kami Istirahat kembali untuk bersiap melakukan perjalanan ke
Dehradun, daerah utara India.
Perjalanan selama 6 jam memakai kereta api di malam hari. Kami
berangkat pada 23.45 setempat.
Kami terbagi dua pasukan, sepasukan perempuan semua non Hayu (di sebelah) membenahi diri sendiri, awalnya bingung, masa kami berenam harus dempetan. Ternyata ingat kalau kereta api ini beda tidak seperti kereta di Indonesia. Cukup keren dan saya sendiri tersipu melihat posisi duduk kami.
Di kereta ini tempat duduk sekaligus sebagai tempat tidur nama keretanya “sleeper”. Posisi berjejer kiri kanan namun bertingkat menjadi tiga dipan. Satu jajar kami menjadi 6 orang, disebrang 2 orang. Dan semua dalam posisi tidur.
Lebih sangat ringkas, luas, dan India keren memperhitungkan ketinggian dipan yang satu dengan yang lain ketika kami tidur. Tapi jangan harap dapat duduk dengan leluasa ketika orang diatas masih membentangkan dipannya, baru Setelah selesai dilipat, kembali ke kursi paling bawah, kembali leluasa duduk. Hebatnya juga tempat duduk ini lebih panjang, sehingga bisa duduk sejajar bertiga. Sangat cukup, India cerdik. Juga senang dengan toilet yang cukup bersih dengan air yang mengalir deras. India berusaha memenuhi standar internasional namun tetap dalam gayanya yang mempunyai kekhasan sendiri. Gayungnya seperti cangkir stainles besar yang dirantai panjang agar tidak hilang yang dipakai untuk menampung air. Tempat pembuangan memakai pipa panjang yang tinggal ditarik hingga air mengucur dengan sendirinya ke toilet. Tempat mencuci tangan pasti, dengan sabun cair tentunya. Kami mendapatkan seprei, selimut cukup besar untuk ukuran kereta kita, handuk kecil, dan ac yang luar biasa dingin, sehingga membuat saya sering terjaga, adaptasinya sulit jika melihat teman lainnya tidur dengan lelap.
Kami terbagi dua pasukan, sepasukan perempuan semua non Hayu (di sebelah) membenahi diri sendiri, awalnya bingung, masa kami berenam harus dempetan. Ternyata ingat kalau kereta api ini beda tidak seperti kereta di Indonesia. Cukup keren dan saya sendiri tersipu melihat posisi duduk kami.
Di kereta ini tempat duduk sekaligus sebagai tempat tidur nama keretanya “sleeper”. Posisi berjejer kiri kanan namun bertingkat menjadi tiga dipan. Satu jajar kami menjadi 6 orang, disebrang 2 orang. Dan semua dalam posisi tidur.
Lebih sangat ringkas, luas, dan India keren memperhitungkan ketinggian dipan yang satu dengan yang lain ketika kami tidur. Tapi jangan harap dapat duduk dengan leluasa ketika orang diatas masih membentangkan dipannya, baru Setelah selesai dilipat, kembali ke kursi paling bawah, kembali leluasa duduk. Hebatnya juga tempat duduk ini lebih panjang, sehingga bisa duduk sejajar bertiga. Sangat cukup, India cerdik. Juga senang dengan toilet yang cukup bersih dengan air yang mengalir deras. India berusaha memenuhi standar internasional namun tetap dalam gayanya yang mempunyai kekhasan sendiri. Gayungnya seperti cangkir stainles besar yang dirantai panjang agar tidak hilang yang dipakai untuk menampung air. Tempat pembuangan memakai pipa panjang yang tinggal ditarik hingga air mengucur dengan sendirinya ke toilet. Tempat mencuci tangan pasti, dengan sabun cair tentunya. Kami mendapatkan seprei, selimut cukup besar untuk ukuran kereta kita, handuk kecil, dan ac yang luar biasa dingin, sehingga membuat saya sering terjaga, adaptasinya sulit jika melihat teman lainnya tidur dengan lelap.
Jam 5 subuh, kami sampai, bingung, kenapa enggak turun
turun, sudah ada orang India yang teriak teriak “kuli dehradun, kuli dehradun”,
aku tanyakan sama Mbak Hayu tapi bukan Dehradun, oh mungkin Dehradun kota
selanjutnya. Aich! tiba tiba Hayu bilang, ya ini Dehradun, kebayang banget
suasana jadi sedikit panik dan harus segera mengatur diri untuk turun, satu
yang ku ingat Cella teriak teriak kalau sepatunya belum dipakai, dan dia sudah
harus turun duluan karena ransel besarnya menghalangi jalan kami.
Semua diam dan bengong, di depan kami Vandana Shiva, haiiiiiii.....
Dijemput langsung dan mari kita langsungkan saja perjalanan kita, masih harus
menempuh dua jam perjalanan lagi ke Dehradun.
Selamat bertemu di tulisan yang lain.
Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar