Sabtu, 27 Januari 2018

Jejak A – Z Agroekologi and Organic Food System Course 1-30 September 2015, Dehradun, Uttarakhan India.

Benih benih lokal Earth University Navdanya Utarakhan

Pada tahun 2014 yang lalu, saya diundang oleh Kibar Kediri Dian Pratiwi Pribadi.
Kami diminta untuk mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh Kibar Kediri dalam rangka Merayakan Hari Pertanian Keluarga 2014. Seiring waktu kami akhirnya turut meramaikan bersama Mantasa, Pesantren Ath Thaariq, API, dan beberapa organisasi lokal lainnya.
Bukan saja diminta untuk memamerkan benih dari Pesantren Kebon Sawah, kamipun diminta untuk mengisi workshop pembuatan Vermicompost,  juga diminta untuk menjadi moderator seminarnya dimana salah satu pembicaranya adalah Vandana Shiva.  

Mentimun yang ditanam dengan sistem Agro Ekologi di Bija Vidya Peeth
Pada 6 bulan yang lalu, saya diundang oleh Hayuh Diah Patria untuk menjadi Fasilitator Pendidikan Pertanian Organik di Mendira Jombang, awal pembicaraan A – Z Agroekologi and Organic Food System  Course ini dimulai dari sini, kemudian dikuatkan oleh Yayasan Kehati yang merekomendasikan saya berangkat ke Navdanya.
Menjejakkan kaki bersama 10 orang lainnya dari Indonesia sebagai rombongan terbesar dalam kursus ini di area biodiversity Navdanya, sebuah kesenangan tersendiri. Dengan kawan baru dari berbagai pulau dan berbagai latar belakang keahlian, namun mempunyai visi yang sama berbasis pengembangan agro ekologi. Ditambah dengan teman dari berbagai negara, sebuah tantangan sendiri untuk mengembangkan lebih matang kualitas utama pada diri saya.
Area Biodeversity Navdanya, seolah melihat kembali kebun kebun di tanah air. Saya begitu ingat dengan “kebun talun”, sebuah kebun sosial yang dikelola dan dimiliki masyarakat desa di Jawa Barat, dimana kebun tersebut  dipenuhi oleh berbagai keanekaragaman tanaman, baik pangan, obat serta tegakan kayu dan bambu sebagai penyuplai air danau, sebuah sistem yang berpatokan pada pemenuhan ekonomi dan ekologi  lingkungan setempat..  Kepemilikan area Navdanya memang berbeda, namun yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini adalah bukan sistem kebun talun, namun segala sesuatu pengamatan saya di area Navdanya sebagai area biodiversity.
Salah satu sessi dari kegiatan 

Menarik belajar kebun mangga dimana pohonnya besar besar (sebesar hampir dua pelukan) dan sama tingginya di depan kamar kami, yang dibawahnya ditumbuhi kunyit, temulawak dan temu kunci. Empon – emponan selalu menarik untuk dipelajari. Di tanah air bila kita amati dengan leluasa, selain empon emponan, begitu banyak pula jenis umbi umbian yang sifatnya sama bisa tumbuh baik dibawah kerindangan pohon pohon bambu. Dua jenis tanaman ini buat saya adalah sebuah proses luar biasa untuk menghasilkan sebuah sistem/skema dimana kita tetap bisa bertanam tanpa mengganggu tanaman lainnya, utama pohon pohon besar yang akan memberikan kontribusi besar terhadap pasokan oksigen untuk lingkungan kita, dengan tidak harus mengkhawatirkan kekurangan pasokan pangan dan obat dibawah lindungannya. Alam begitu cerdik dan cerdas dalam mengatur semua sistem tersebut. Kedua jenis tanaman inipun sama sekali tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan batang dan daun, juga bunga dan buah, pohon utama seperti mangga dan bambu. Begitupun pula pohon lainnya seperti ditanah air (ingat pada sistem kebun talun). Kehebatan lainnya dari kebun mangga disini adalah pohon pohon menjadi rumah burung bagi beberapa species. Yang saya lihat adalah tempat bermain tekukur, hinggapnya jalak  hitam serta burung putih seperti yang sering hinggap di sawah sawah kami. Bila malam hari tiba, saya selalu mengamati  jenis jenis serangga yang sering  hinggap di dinding jendela kamar kami, hampir ada sekitar 12 jenis dengan bentuk serangga yang berbeda.
Pada setiap pagi, kami selalu mendapat giliran untuk bekerja di beberapa area, saya pikir ini bukan sekedar piket pembagian kerja, namun lebih sangat dekat pada pengenalan area setempat. Saya paling senang bila sudah berada di kebun, mengenal desainnya, mengenal jenis tanamannya,  mengenal berbagai jenis binatangnya utama mengenal jenis tanahnya. 

Tidak sulit mencabuti rumput, itu pertanda baik!
Pada waktu pertama mendapat bagian membersihkan kebun, saya menemui begitu bercampurnya antara tanah berpasir dan batu kerikil di area ini. Sebuah struktur tanah yang  menurut saya begitu sulit untuk dikategorikan sempurna, jauh seperti  tanah di dataran Parahiyangan ditempat saya berkebun dan tinggal. Diatasnya terdapat banyak daun/serasah kering, membuatnya begitu lembab sedikit basah dan sangat segar kondisi tanahnya. Kesegaran tanah tersebut yang membuat saya sangat tertarik. Saya senang sekali mendapat pengetahuan mana tanah yang kering dan tanah yang segar, tanah yang berlumut, tanah yang basah dan tanah yang lembab, tanah lengket, tanah yang rangu, tanah yang kering namun sehat dan tanah yang kering namun tidak sehat, begitupun sebaliknya. Tapi tanah yang lembab sekaligus rangu dibawah daun serasah kering selalu membuat saya jatuh cinta pada satu tempat tersebut.
Dimanapun tempatnya di Bija Vidya Peeth ini, saya tidak menemukan kesulitan dalam mencabuti rumput, baik dengan tangan maupun dengan alat. Ada juga satu dua rumput yang sulit dicabut, itu pasti rumputnya telah tinggi dan akarnya mengakar kedalam.
Area ini dipenuhi pula oleh berbagai macam tanaman pangan, selalu saya bilang, yang keren itu pasti tanaman lokal! Tanaman setempat yang telah sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, yang tidak membuat banyak keluar tenaga, menanam dalam jumlah sedikit namun banyak jenis, ini membuat mereka saling melindungi. Pengetahuan itu sudah saya terapkan jauh sebelum saya mengenal Vandana Shiva dan Universitas of The Earth, saya adalah pendengar yang sangat baik bagi tutur para orang tua saya di kampung, dan tutur kata Vandana Shiva serta para guru di Universitas Of The Earth semakin menguatkan keyakinan saya pada sistem Agro Ekologi.
Bertukar Benih 
Dominasi berbagai Legum dan Karbohidrat, aku dapatkan pada area kebun di belakang  Universitas of The Earth. Okra, berbagai jenis kemangi, oyong, talas,  jahe, wijen, kacang tunggak, kunyit, dan lain sebagainya.
Belajar banyak dari sistem yang dibangun di kawasan ini, saya sangat menghargai kehadiran Mantasa di Indonesia, sebagai lembaga yang telah menghadirkan dan menghadiahi saya untuk pergi ketempat yang paling tepat yaitu Earth University di Dehradun Uttarakhan India Utara.
Terima kasih


Catatan Terbengkalai karena terus berteman dengan tanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar