Sabtu, 27 Januari 2018

Menuju Keluarga yang Berdaulat Tanpa Kekerasan melalui Revolusi Meja Makan dengan Cara Mengembangkan Pertanian Kebun Pekarangan Berbasis Agro Ecology

Komunikasi yang baik, cara efektif dalam membangun hubungan dengan anak. Kyai Ibang Lukman dan para santri Pesantren Ekologi Ath Thaariq Garut
Kasus kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia saat ini sudah masuk dalam kondisi ”darurat”. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, pada 2010-2014 terdapat 21,8 juta kasus pelanggaran hak anak. Sebanyak 58% dari angka tersebut adalah kasus kekerasan seksual. Berbagai kasus pemerkosaan anak di bawah umur (bahkan oleh keluarga terdekat seperti ayah, kakek, dan paman) kian marak terjadi. Kasus ini menambah daftar panjang kasus kekerasan seksual terhadap anak. Kasus yang akhir-akhir ini terjadi adalah kasus pemerkosaan disertai pembunuhan terhadap anak di bawah umur.
Sebut saja kasus Yuyun, bocah malang berusia 14 tahun yang sedang mengenyam pendidikan SMP. Yuyun menjadi korban kekerasan seksual massal para pemuda kampungnya. Tidak cukup puas menganiaya dan menodai korban, gerombolan pemuda itu juga membunuh korban dan membuang mayatnya di perkebunan sekitar wilayah tempat tinggal mereka. Hal serupa juga menimpa Enno, 19, yang dinodai dan dibunuh dengan menggunakan pacul, serta kekerasan kekerasan lainnya yang menimpa perempuan dan anak lainnya di Indonesia.

Kasus kekerasan dan ancaman pada kesehatan anak-anak Indonesia susul menyusul mewarnai pemberitaan. Di dalamnya termasuk kasus obesitas yang menimpa dua anak Indonesia yang berusia sama, yakni Arya Permana asal Karawang dan Rizki Rahmat Ramadhan asal Palembang, Sumatera Selatan. Rizki Rahmat Ramdhan bahkan dikabarkan jatuh koma pada  Juli 2016. Anak bungsu dari tujuh bersaudara itu mengalami tidur panjang dan sulit dibangunkan.

Kasus kasus diatas, hanyalah yang mengemuka, masih banyak lagi kasus kasus yang tidak muncul dipermukaan yang jumlahnya lebih banyak daripada yang ada dipermukaan.

Kasus perkosaan YY sama sekali tidak cukup hanya dipandang sebagai persoalan moral dan mental bobrok para pemuda secara individual dan karenanya tawaran solusinya ”hukuman kebiri”, ”hentikan penjualan bebas minuman keras”, atau ”tembak mati pelaku” atau ”orang tua harus lebih peduli anak”. Belum satu pun elite pejabat negara yang dapat menghubungkan kasus perkosaan YY ini dengan kemiskinan kronis dan politik agraria.

Kasus Arya Permana dan Rizki Rahmat Ramadhan disebabkan oleh kemiskinan pengetahuan yang berdampak pada terancamnya jiwa mereka, beberpa kasus  titik klimaksnya adalah mereka meninggal dunia pada umur sangat muda,

Para pemerkosa YY dan Arya dan Rejeki adalah anak anak yang terjebak bukan saja karena persoalan dilahirkan di wilayah kemiskinan yang kronis serta akibat dari kemiskinan pengetahuan saja, namun ditambah dengan perkembangan teknologi yang pesat yang didalamnya diiringi dengan iklan iklan serta hiburan hiburan yang menina bobokan, menjadikan kehidupan semakin instan dan hidup diatas ketidaknyataan (maya/tidak realistis).

Makanan Segar, membuat badan segar dan sehat. Berpikir lebih baik dan organik, tidak tercemar racun sehingga badan tidak terserang. HIdup nyaman dengan makanan yang tersedia dari Pekarangan. Panen Bunga Rosella untuk dibuat Selai di Pematang Pematang Sawah Pesantren Ath Thaariq Garut



Haudegen Zbigniew Brzezinski (seorang kelahitan Polania, selama empat tahun sebagai penasehat keamanan dalam negeri Presiden AS Jimmy Carter, mengatakan lebih jauh orang hanya akan berpikir tentang kariernya sendiri yang kemudian disebut “Tittytainment”, menurutnya merupakan kombinasi dari “entertainment” dan “tits”, satu istilah yang berasal dari bahasa slang (ucapan popular) di Amerika yang artinya payudara . Brzezinski tidak mengasosiasikan payudara ini dengan sex tetapi lebih dikaitkan sengan air susu, yang mengalir dari tetek ibu ketika menyususi. Artinya campuran antara hiburan riuh rendah dan sandang pangannya tercukupi, sehingga membuat seluruhpenduduk dunia yang frustasi, dapat dikontrol perasaannya agar tidak meledak.

“Tittytainment” telah berdampak keras terhadap kehidupan, bukan radiasi saja telah membuat orang emosional, cepat tersinggung, dll, tetapi dampak darinya telah menimbulkan penghilangan karakter seseorang.
Indonesia telah dihantam berbagai krisis akibat dari sebuah proyek yang diproklamasikan oleh seorang Filsuf Amerika Utara, Francis Fukuyama, pada tahun 1989, yang dengan begitu berani disebut “modernitas”. Zaman telah mulai berubah : bukan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan melainkan disintegrasi, kehancuran ekologi dan degenerasi kultural yang dengan cepat membentuk kehidupan sehari hari dari bagian terbesar umat manusia.

Pesantren Ath Thaariq dimana saya belajar dan tinggal selama delapan tahun. Sebuah lembaga pendidikan  yang berkonsentrasi pada kajian Teologi Ekologi dan Pertanian berbasis pemulihan ekologi, sedang berjuang berusaha untuk mencari jalan keluar dengan cara cara yang sangat sederhana untuk terlibat aktif dalam mennghadapi berbagai krisis yang terus menimpa bangsa Indonesia, terutama yang menimpa anak dan perempuan Indonesia melalui pengelolaan kurikulum belajar berbasis kemandirian, membangun wirausaha hijau, menjadikan pangan yang berdaulat dari kebun pekarangan dengan mengembangkan pertanian berbasis penyelamatan ekosistem. Keluarga pesantren kami menekankan pada keterampilan praktis sehari-hari, menekankan pada kemampuan profesional. Lebih utama menekankan pada hubungan relijuisitas dan alam.

Pada saat ini, para pembelajar baik anak dan perempuan (sebut “kita”), rata rata bersikap pasif. Sikap fasif ini  adalah dampak sampingan dari model belajar yang berpusat pada guru/sistem dan mengabaikan peran aktif kita. Anak tak diperlukan untuk berinisiatif dan mengemukakan pendapatnya kecuali untuk hal-hal yang sudah ditentukan. Semuanya sudah diatur dan ditentukan, mulai apa yang dipelajari, bahannya apa, kapan dipelajari, dan bagaimana cara mempelajarinya.

Jika kita ingin mengurangi dampak kepasifan, salah satu caranya adalah dengan melibatkan dan melatih kita untuk berinisiatif tentang apapun yang menyangkut diri sendiri. Inisiatif dan pendapat pembelajar sangat berharga, serta didorong secara sadar.

Pendidikan Guru Lingkungan Hidup untuk membangun Sekolah Hijau di Pesantren Ekologi Ath Thaariq

Dengan meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan terhadap kegiatan belajar, berharap para pelajar dapat menjadi aktif. Dengan mendorong untuk menjadi “tuan atas hidupnya sendiri”, kita berharap para pelajar terbiasa mengambil keputusan dan pada akhirnya membuat mereka menjadi orang orang yang mandiri.

Pesantren Ath Thaariq Garut disebut juga Pesantren Kebon Sawah atau Pesantren Ekologi Ath Thaariq Garut, tidak seperti Pesantren lain pada umumnya, santri dan kyai dan nyai (pemimpin),  diposisikan sebagai anak dan ayahnya dan ibunya, intinya tidak ada sekat, penting karena harus mencapai tujuan tujuan diatas,.

Komunikasi aktif adalah salah satu yang dibangun oleh pesantren, tidak cukup dengan berkomunikasi saja, para pembelajarpun mendapat pelajaran bagaimana hidup yang sehat yang membuat cerdas nurani pikiran dan tingkah laku, mendisiplinkan diri, menggembirakan dan membahagiakan diri, memenuhi kebutuhan makan sendiri,  melalui melatih dirinya dengan cara berkebun setiap hari di pekarangan rumah secara kolektif.

Dari berkebun mereka mendapatkan pengetahuan pengetahuan sederhana, praktis tapi teruji keilmiahannya. Contoh kecil adalah bahwa gulma ternyata bukan tanaman pengganggu, tapi sebagian besar gulma adalah tanaman obat. Kami juga menjadi tahu kalau semua tumbuhan obat dan tanaman lainnya adalah bahan pangan  yang dapat diolah dengan berbagai macam rupa.

Terampil, Mandiri dan Mampu Berkarya, Motto Pesantren Ekologi Ath Thaariq dalam membangun kapasitas Santri

Pelajaran terpenting yang didapatkan dari berkebun adalah, bahwa semua makanan dan minuman yang dimakan setiap detik, akan berpengaruh besar pada sikap membentuk cara cara berpikir dan membangun jiwa, karena sumber makanannya jelas. Pada saat ini, makanan tidak cukup halal saja, tetapi harus diperjelas sumbernya darimana, dan diolah dengan rasa kemanusiaan.

Pesantren menggunalan kata Ekologi, Menjadikannya sebagai pintu masuk dari arah/jalan manapun. Isyu Ekologi (pemulihan) mampu menerima perbedaan, karena ekologi menghargai ekosistem yang berbeda beda, namun saling menyelamatkan dan saling meghormati. Makluk lain saja seperti tumbuhan dan binatang yang sangat dihargai, dan manusia ada didalam ekosistem tersebut,  yang masuk sebagai sebuah rantai makan yang tidak boleh terputus. Situasi ini mengharuskan manusia menghargainya. Ekosistem memberikan keuntungan bagi semua yang ada di lingkarannya, karena bila terputus atau hilang satu didalam rantai makan tersebut, maka akan terjadi kekacauan.

Pemulihan ekologi, adalah kajian saintifik dan amalan bagi memperbaharui dan memulihkan ekosistem dan habitat semula. Ini dikarenakan telah terjadinya kerusakan, kemusnahan akibat campur tangan dan tindakan tindakan manusia yang tidak memperhitungan keselamatan ekologi. 

Oleh : Nisya Saadah Wargadipura
Makalah disampaikan pada Lokalatih Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan Melalui Penguatan Keluarga
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Daerah Provinsi  Sulawesi Tengah
Palu, 19 – 20 Juni  2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar